Makna Mendalam di Balik Tradisi Ma'nene, Ritual Mengganti Pakaian Mayat di Tana Toraja
TRIBUNTRAVEL.COM - Keberagaman sudah sangat melekat bagi bangsa Indonesia.
Keberagaman itu membuat Indonesia menjadi sebuah bangsa yang kaya akan adat istiadat dan budaya.
Hal ini menjadi keunggulan bagi bangsa Indonesia karena bisa menarik wisatawan lokal maupun mancanegara untuk datang ke Indonesia.
Jika berbicara tentang adat budaya, Indonesia memiliki sederet tradisi atau ritual adat yang unik dan terbilang aneh bahkan mengerikan.
Satu di antaranya adalah ritual Ma'nene dari Tana Toraja di Sulawesi Selatan.
Baca juga: Fakta Menarik di Balik Rumah Pohon Suku Korowai di Papua, Tingginya Capai 35 Meter di Atas Tanah
Ma'nene adalah ritual masyarakat Toraja yang dilakukan untuk menghormati para leluhur dengan cara mengganti pakaian jenazah yang telah dikubur bahkan hingga ratusan tahun.
Ritual ini bagi masyarakat awam mungkin terdengar menyeramkan.
Namun, tidak bagi masyarakat Toraja, sebab mereka telah melakukannya selama bertahun-tahun tanpa rasa takut.
Bagi masyarakat Toraja, kematian merupakan momen penting yang disakralkan layaknya kelahiran dan pernikahan.
Ritual Ma'nene ini diawali dengan mengambil mayat leluhur dari sebuah peti mati yang ada di Patane.
TONTON JUGA:
Patane sendiri adalah sebuah kuburan berbentuk seperti rumah yang dikhususkan untuk menyimpan mayat.
Sebelum membuka pintu kuburan, pemuka adat terlebih dahulu membaca doa yang dipanjatkan dalam bahasa Toraja kuno.
Doa tersebut dipanjatkan untuk meminta izin serta berkah dari para leluhur.
Setelah peti mati dan jasad diambil dari Patane, anggota keluarga akan berkumpul di sekitar peti mati.
Sebagian dari mereka mulai berkomunikasi dengan jasad, seolah sudah lama tak bertemu.
Setelah diajak berkomunikasi oleh keluarga, jasad leluhur tersebut lantas dibersihkan dan pakaiannya diganti dengan pakaian baru.
Prosesi penggantian pakaian jasad biasanya membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit.
Jasad tersebut terlihat jauh lebih segar setelah dibersihkan dan diganti pakaiannya, bahkan nampak seperti manusia hidup.
Seusai prosesi, warga kemudian berkumpul untuk makan bersama.
Tradisi Ma'nene di Tana Toraja ini sendiri dilakukan bukan tanpa asal muasal.
Ada cerita dari masa lalu yang melatarbelakanginya.
Terlepas dari cerita ini adalah fakta atau bukan, yang jelas orang Toraja percaya bahwa memanusiakan orang yang sudah meninggal adalah perbuatan yang mulia.
Pada suatu hari ada seorang pemburu bernama Pong Rumasek yang menemukan sesosok mayat tergeletak di tengah jalan dengan kondisi memprihatinkan.
Hal ini membuat hati Pong Rumasek tergerak.
Akhirnya, dilepaskanlah bajunya untuk dikenakan kepada jasad yang tinggal menyisakan tulang-belulang itu.
Lalu dipindahkannya ke tempat yang layak.
Ketika pulang ke rumahnya, Pong Rumasek terkejut karena mendapati lahan pertaniannya sudah siap panen, padahal seharusnya belum waktunya.
Tak hanya itu, keberuntungan demi keberuntungan senantiasa menyertai hidup Pong Rumasek.
Nah, berangkat dari cerita rakyat itulah tradisi Ma'nene kemudian dilestarikan.
Ritual Ma'nene ini biasanya diadakan setiap tiga tahun sekali setelah masa panen.
Atau bisa juga dilaksanakan sesuai dengan petunjuk dari sesepuh.
Mungkin, bagi masyarakat luar Toraja, ritual ini dianggap cukup 'gila'.
Namun, bagi masyarakat Toraja, prosesi ini diperlukan untuk menghormati nenek moyang mereka.
Pasalnya, ritual Ma'Nene bukan hanya soal membersihkan jasad dan memakaikannya baju baru.
Lebih dari itu, ritual ini memiliki makna mendalam, yaitu mencerminkan betapa pentingnya hubungan antar anggota keluarga.
Terlebih bagi sanak saudara yang telah terlebih dahulu meninggal dunia.
Dengan ritual ini, masyarakat Toraja menunjukkan bahwa hubungan antar keluarga tak terputus meskipun telah dipisahkan oleh kematian.
Tak hanya itu, ritual ini juga digunakan untuk memperkenalkan anggota-anggota keluarga yang muda dengan para leluhurnya.
Untuk melaksanakan ritual Ma'nene, anggota keluarga tak terkecuali yang tinggal di luar Toraja menyiapkan waktu khusus, mengumpulkan uang dan mengurus banyak persiapan yang dilakukan bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya.
Baca juga: Tradisi Ekstrem Suku Dani di Papua, Potong Jari-jemari Sebagai Wujud Kesedihan
Baca juga: Uniknya Hombo Batu, Tradisi Lompat Batu Setinggi 2 Meter di Kepulauan Nias
Baca juga: Sebelum Resmi Menikah Nikita Willy Jalani Tradisi Minangkabau Malam Bainai, Apa Artinya?
Baca juga: Festival Kematian dan 5 Tradisi Aneh di Afrika yang Masih Bertahan Hingga Kini
Baca juga: Karang Memadu, Tempat Pengasingan Warga Desa Penglipuran yang Melakukan Poligami di Bali
(TribunTravel.com/Ron)