
Ekspedisi Karst Sangkulirang-Mangkalihat, Jelajah Wisata Alam yang Menakjubkan
TRIBUNTRAVEL.COM - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) baru-baru ini melakukan ekspedisi Karst Sangkulirang-Mangkalihat.
Dalam kegiatan tersebut sejumlah media dan traveler Ramon Y Tungka turut serta mengikutinya pada 18-24 November 2020.
Karst Sangkulirang-Mangkalihat merupakan tempat wisata alam bar di Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Perjalanan untuk menjelajahi keindahan lanskap karst tersebut beragam, mulai dari 6 jam perjalanan via darat Balikpapan-Sangatta, hingga 3 jam durasi susur Sungai Bengalon menuju Camp Tewet di Desa Tepian Langsat.
Peneliti sekaligus dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) Pindi Setiawan sempat mengingatkan kepada kami soal menjaga hormat kepada para penghuni sungai.
"Kepada 'Nenek', sebab nenek tidak bisa membedakan manusia dan hewan lainnya," kata Pindi di lokasi.
Baca juga: Harga Tiket Masuk Museum Perkebunan Indonesia, Wisata Edukasi untuk Liburan Akhir Pekan
Yang dimaksud Nenek oleh Kang Pindi, sapaan karibnya, adalah buaya yang bermukim di sepanjang Sungai Bengalon.
Namun, saat kami menyusuri sungai, kami tak melihat Nenek kami di sana.

Hujan turun sebentar dan kami sampai di Camp Tewet sebelum gelap.
Ekspedisi ke Gua Tewet baru akan dimulai di hari berikutnya.
Kang Pindi mengatakan di Gua Tewet terdapat gambar bersejarah yang disinyalir berasal dari zaman 40 ribu tahun lalu.
Gambar itu juga tersebar di gua-gua lainnya di sepanjanh karst Sangkulirang-Mangkalihat.
"Keunikan paling jelas dari Sangkulirang, cat tangan yang diposisikan. Cat tangan itu tidak polos, tapi digabung-gabung."
"Saya menyebutnya jamak tapi tunggal. Ada yang dua tangan. Ada tiga buah chaipar, Bahkan ada yang sampai 6. Tapi jelas motivasi untuk menggambar tangan itu hanya ada di Sangkulirang tidak di dunia lain," katanya.
Untuk mencapai ke sana, medan yang dilewati bukan main ekstremnya.
Ketinggian Gua Tewet sekitar 150 mdpl, dan tebing yang jadi rute untuk menuju ke sana cenderung vertikal dengan kemiringan 45-90 derajat, dan jalan satu-satunya adalah menggunakan tali pengaman.
Bagi para caving pemula, medan di sepanjang rute ke Gua Tewet menjadi sensasi baru dalam ekspedisi.
Terlebih, saat menuju ke ceruknya yang diharuskan mendaki menggunakan tali temali.
Sesampainya di dalam gua, langsung terlihat warna cokelat muda mendominasi.
Gambar prasejarah berupa cat tangan bisa ditemui saat memasuki sekitar 3-4 meter ke dalam gua.
Kepala Dinas Pariwisata Kalimantan Timur, Sri Wahyuni yang juga ikut dalam ekspedisi tersebut mengungkapkan kesannya saat mencapai Gua Tewet.
"Ini sangat luar biasa. Ketika peneliti menyampaikan bahwa disinyalir gua ini berasal dari 40 ribu tahun lalu, Sangkulirang-Mangkalihat menjadi bukan tempat yang biasa, karena awal mula nenek moyang kita ada di sana," kata Sri.
Maka itulah, Sri mengatakan pihaknya akan berupaya agar Karst Sangkulirang-Mangkalihat, termasuk Gua Tewet yang berada di dalamnya, menjadi wisata minat khusus dalam beberapa tahun ke depan.
Salah satunya yakni pembenahan kualitas di berbagai sektor yang akan difokuskan oleh Pemprov Kaltim.
"Tahun depan saya lebih cenderung menyiapkan destinasi itu lebih siap dulu. Jangan sampai nanti ini sudah dibuka, tapi kemudian orang sudah terburu-buru datang ke sini, tapi perlahan barangkali kita akan membagi wisata-wisata yang sudah dikunjungi tetap berjalan, hanya caring capacity-nya dibatasi," kata Sri.
TONTON JUGA:
Sementara itu, akto sekaligus traveler Ramon Y Tungka menunjukkan kecintaannya pada Karst Sangkulirang-Mangkalihat dalam bentuk reflektif terhadap dirinya sendiri.
"Saya bisa bilang bahwa trackingnya memorable, susur sungainya memorable, rock climbingnya juga memorable, artinya susah-susah dulu, mandi keringat dulu dari awal setelah perjalanan yang ditempuh sampailaj kita ke titik utama yang ada di Sangkulirang-Mangkalihat ini, impresinya ya reflektif ya, apa yang bisa kita lakukan sekarang ini, menjaganya atau membiarkannya, atau kita melakukan hal yang sifatnya bermanfaat terhadap peninggalan ini," katanya.
Bahkan, Ramon tak segan mengatakan dirinya akan mengejar sertifikasi pemandu gua setelah dirinya merasakan sensasi Gua Tewet dan Gua Sungai di Karst Sangkulirang-Mangkalihat.
"Untuk mempertebal wisata minat khusus, maka saya harus mendalaminya pula, meningkatkan skill teknisnya, bermain dengan tali temali, berada dalam gua segala macam," jelasnya.
"Ya memang insyaallah saya sudah ngobrol dengan pelatih bahwa ya di Januari saya akan mengejar sertifikasinya," sambung Ramon.
Foto: Ekspedisi Sangkulirang-Mangkalihat bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, di Kutai Timur, Kalimantan Timur, 18-24 November 2020.(Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reza Deni)
Baca juga: Tak Sabar Ingin Liburan ke Destinasi Wisata di Indonesia? Catat Dulu Jadwal Libur Akhir Tahun 2020
Baca juga: 25 Tempat Wisata Instagramable di Malang untuk Liburan Akhir Tahun Lengkap dengan Harga Tiket Masuk
Baca juga: Ramon Y Tungka Sudah Tahu Karst Sangkulirang-Mangkalihat Sejak 2016: Ini Bucket List Wisata Saya
Baca juga: Islandia Buka Pariwisata Internasional, Berlaku untuk Pekerja Jarak Jauh dengan Syarat Khusus
Baca juga: Tarik Wisatawan, Thailand Ubah Persyaratan Masuk untuk Kunjungan Turis Asing
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Ekspedisi Karst Sangkulirang-Mangkalihat: Menengok Seni Prasejarah di Gua Tewet".
(TribunTravel.com/Nurul Intaniar)
