25 Tahun Beroperasi, Maskapai Penerbangan Palestina Secara Resmi 'Pensiun', Apa Penyebabnya?

TRIBUNTRAVEL.COM - Selama 25 tahun beroperasi, maskapai Palestina Airlines secara resmi menghentikan operasinya.

Hal ini diumumkan oleh pihak berwenang Palestina pada hari Selasa (29/12/2020).

Menurut laporan Jerusalem Post yang dilansir dari laman Simple Flying, Jumat (1/1/2021), Palestina Airlines telah mengumumkan bahwa mereka menutup layanan untuk selamanya.

Baca juga: Kaca Depan Retak hingga Terdengar Suara Dentuman di Kabin, Pesawat Ini Kembali ke Bandara Asal

Meski keputusan Kementerian Transportasi dan Komunikasi Palestina baru dibuat resmi awal pekan ini, hal itu bukannya tidak terduga.

Dikabarkan dua Fooker F50 milik maskapai yang berusia 32 tahun sudah siap untuk dijual pada bulan September, dan pemberitahuannya masih ada di situs web operator.

Kedua pesawat tersebut, satu-satunya yang masih tersisa, dan masing-masing telah disewakan ke Niger Airlines sejak 2014 dan 2015.

Sementara, satu unit telah dikembalikan ke maskapai Palestina Airlines tetapi berlokasi di Amman, Yordania.

Perawatan pesawat SU-YAh dinilai terlalu mahal.

Sewa untuk pesawat yang masih menggunakan Niger Airlines, SU-YAI tidak diperpanjang karena krisis yang sedang berlangsung.

Awal Mula Didirikannya Palestina Airlines

Palestina Airlines didirikan pada tahun 1995, mengikuti Perjanjian Oslo II yang ditandatangani oleh Israel dan Palestina yang dimaksudkan untuk mendirikan bandara di Jalur Gaza.

Maskapai didirikan dengan dukungan keuangan dari Belanda dan Arab Saudi.

Yang pertama menyumbangkan dua Fokker F50, dan yang terakhir sebuah Boeing 727.

Maskapai ini mulai beroperasi pada Juni 1997 dengan serangkaian penerbangan charter dari Bandara Port Said Mesir ke Jeddah di Arab Saudi.

Layanan terjadwal dimulai sebulan kemudian, dari Bandara El Arish Mesir ke Yordania dan Arab Saudi.

Sementara itu, Bandara Internasional Yasser Arafat di Gaza didanai oleh Jepang, Mesir, Arab Saudi, Spanyol, dan Jerman, serta dirancang oleh arsitek Maroko. Ini membuka pintu dan landasan pacu pada November 1998.

Upacara tersebut dihadiri oleh Presiden AS Bill Clinton dan dipandang sebagai langkah menuju kenegaraan Palestina.

Setelah peresmian, Palestine Airlines memindahkan semua operasi ke rumah barunya.

Namun, Bandara Internasional Gaza yang kemudian berganti nama dengan dikenal sebagai Intifada Kedua dan ditutup pada Oktober 2000.

Menara kendali dan stasiun radionya dihancurkan oleh Angkatan Udara Israel pada bulan Desember 2001.

Pangkalan maskapai kembali dipindahkan ke El Arish di Mesir, dari mana maskapai terus terbang ke Kairo dan Jeddah.

Tonton juga:

Namun, mengangkut warga Palestina melewati perbatasan Mesir untuk penerbangan terbukti terlalu merugikan.

Pengangkut menyerahkan 727 nya, dan Ilyushin Il-62 yang diakuisisi dan menghentikan operasi antara tahun 2005 dan 2012.

Saat Bandara Gush Katif di Gaza ditutup pada tahun 2004, bersama dengan Bandara Atarot Yerusalem di Tepi Barat pada tahun 2000, Palestina Airlines beroperasi tanpa bandara operasional.

Baca juga: Penumpang Pesawat Disarankan Rapid Test Antigen H-1 Keberangkatan

Baca juga: 8 Tips yang Perlu Diperhatikan Penumpang Pesawat Agar Perjalanan Lebih Menyenangkan dan Tidak Ribet

Baca juga: 6 Kejadian Aneh di Dunia Penerbangan, Termasuk Penemuan Bayi di Tempat Sampah Pesawat

Baca juga: Kopilot Pingsan saat Terbang, Pesawat Ini Terpaksa Lakukan Pendaratan Darurat

Baca juga: Bagaimana Cara WiFi di Pesawat Bekerja? Ini Jawabannya

(TribunTravel.com/ Ratna Widyawati)

Temukan solusi untuk kebutuhan transportasi, pengiriman barang, layanan pesan antar makanan, dan yang lainnya di sini.

SHARE : share facebook share twitter share linkedin