Makna Kuliner Manisan dalam Sembahyang dan Perayaan Tahun Baru Imlek, Simbol Kehidupan

TRIBUNTRAVEL.COM - Bukan hanya kumpul dengan keluarga, perayaan Tahun Baru Imlek oleh masyarakat Tionghoa yang beragama Konghucu juga dilakukan dengan sembahyang ke kelenteng.

Sembahyang dilakukan di meja abu dan bertujuan untuk memberi penghormatan serta berterima kasih kepada Tuhan juga para leluhur.

Meja abu biasanya akan diisi dengan papan arwah, dupa dan lilin, uang kertas, makanan dan minuman.

Tak hanya sekedar disajikan, beberapa barang tersebut memiliki makna tersendiri.

Mengutip buku &;Hari-Hari Raya Tionghoa&; yang ditulis oleh Marcus A.S, ada alasan mengapa orang Tionghoa setiap bersembahyang selalu menyajikan makanan manis di meja sembahyang.

Baca juga: 6 Jenis Dimsum Paling Terkenal yang Sering Disajikan saat Tahun Baru Imlek

Simbol Penghidupan

Manisan dianggap sebagai simbol penghidupan.

Biasanya manisan yang akan disajikan berupa nanas, buah beligo (tong-kwa), kurma China (angco), atau buah atep (kolang-kaling yang telah dijadikan manisan).

Di kalangan orang Tionghoa, manisan kerap kali dijadikan sebagai simbol pengharapan demi mendapatkan madu kehidupan.

Maksudnya adalah agar hal-hal baik terjadi di hidup mereka.

Untuk pilihan manisannya juga memiliki makna tersendiri.

Buah beligo dipercaya sebagai simbol ketulusan.

Sementara, angco adalah simbol berkah karena dianggap sebagai makanan para dewa.

TONTON JUGA:

Buah atep disajikan agar hati orang-orang yang melakukan sembahyang tetap mantap dengan apa yang mereka inginkan dan doakan.

Akan tetapi, terkadang buah atep diganti dengan manisan buah belimbing.

Buah tersebut melambangkan ketajaman pikiran.

Dalam melakukan sembahyang kepada Tuhan dan para leluhur pada Tahun Baru Imlek, masyarakat Tionghoa harus menahan seluruh amarah mereka.

Sebab, amarah yang dirasakan di hari dan bulan baik tersebut dapat membawa sial keluarga mereka.

Manisan segi delapan

Tak hanya manisan yang ada di meja abu, pada saat Tahun Baru Imlek ada satu manisan yang wajib hadir, yakni manisan segi delapan.

Mengapa namanya manisan segi delapan?

Sebab, manisan-manisan ini diletakkan pada sebuah kotak bersekat yang berbentuk segi delapan.

Pada setiap sekatnya diisi oleh beragam jenis manisan, mulai dari manisan buah, permen, hingga kacang.
Sama seperti manisan di meja abu, manisan segi delapan pun memiliki makna khusus bagi masyarakat Tionghoa seperti berikut:

Manisan melon, melambangkan kesehatan dan perkembangan hidup.

Jeruk kumquat, melambangkan kemakmuran dan emas.

Kelapa kering atau kelapa segar, melambangkan persatuan dan persahabatan.

Kelengkeng, melambangkan banyak anak.

Biji teratai, melambangkan kesuburan.

Buah leci, melambangkan ikatan keluarga yang kuat.

Kacang tanah, melambangkan doa agar panjang umur.

Semangka merah, melambangkan kebahagiaan dan kejujuran.

Namun, isian dalam kotak manisan segi delapan ini tidak mutlak.

Kamu bisa menyesuaikannya dengan makanan manis lain yang melambangkan kemakmuran dan keberuntungan.

Misalnya akar teratai, wortel atau winter melon.

Lantas, mengapa segi delapan?

Tradisi Tionghoa mempercayai tiap angka membawa maknanya masing-masing.

Bagi masyarakat Tionghoa, angka delapan melambangkan keberuntungan.

Oleh karena itu, manisan kotak segi delapan diibaratkan sebagai simbol mengawali tahun baru dengan penuh keberuntungan.

Makanan ini juga biasa disebut dengan "Tray Of Togetherness".

Sebab, beberapa makanan pengisinya adalah manisan-manisan yang cukup sulit ditemukan.

Temukan solusi untuk kebutuhan transportasi, pengiriman barang, layanan pesan antar makanan, dan yang lainnya di sini.

SHARE : share facebook share twitter share linkedin