Mengenal Beras Singkong, Kuliner Unik Khas Kampung Adat Cireundeu, Cimahi

TRIBUNTRAVEL.COM - Singkong merupakan ubi kayu yang mudah dijumpai di Indoensia.

Tidak heran jika singkong digunakan sebagai bahan baku utama membuat makanan oleh masyarakat di Indoensia

Selain sehat, singkong memiliki banyak manfaat.

Singkong bahkan bisa menjadi makanan pokok pengganti nasi.

Hal semacam ini dapat dilihat dari kebiasaan Warga Kampung Adat Cireundeu yang memiliki rasi, yakni beras singkong.

Kampung Cireundeu merupakan desa adat penghayat Sunda Wiwitan yang ada di Desa Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi.

Dikatakan demikian karena Kampung Adat Cireundeu masih memelihara tradisi lama yang telah mengakar dan selalu diwariskan oleh tetua adat.

Baca juga: 29 Tempat Wisata Alam di Jawa Barat yang Sudah Dibuka Kembali, Gunung Puntang hingga Curug Cimahi

Penjagaan tradisi semacam ini merupakan bentuk penghormatan terhadap filosopi kehidupan yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Sehingga sekecil apapaun bentuknya maka bagi warga Kampung Adat Cireundeu, wajib untuk dipertahankan.

Terdapat 2 warisan unik yang masih dipertahankan warga Kampung Adat Cirendeu hingga sekarang, yaitu soal bahan makanan pokok dan tradisi 1 Sura.

Sreperti yang sduah banyak diketahui, bahwa masyarakat Kampung Adat Cireundeu menggunakan singkong sebagai bahan makanan pokok pengganti nasi.

Hal tersebut didasarkan pada prinsip luhur yang masih dianut hingga sekarang.

Prinsip hidup ini berbunyi &;Teu Nyawah Asal Boga Pare, Teu Boga Pare Asal Boga Beas, Teu Boga Beas Asal Bisa Nyangu, Teu Nyangu Asal Dahar, Teu Dahar Asal Kuat&;.

TONTON JUGA:

Arti dari kalimat di atas adalah "tidak punya sawah asal punya beras, tidak punya beras asal dapat menanak nasi, tidak punya nasi asal makan, tidak makan asal kuat".

Prinsip hidup ini sengaja dipegang erat dengan tujuan agar manusia ciptaan Tuhan tidak ketergantungan terhadap satu hal saja.

Tentu dalam hal ini pengaplikasiannya dapat dilihat dari penggunaan singkong sebagai bahan alternatif pengganti beras.

Warga Kampung Adat Cireundeu beralih dari beras sebagai bahan makanan pokok dimulai sekitar 1918.

Pada saat itu juga ajaran Sunda Wiwitan pertama kali dibawa oleh Pangeran Madrais dari Cigugur, Kuningan.

Beras singkong (rasi) awal mulanya digagas oleh Ibu Omah Asnamah, Putra Bapak Haji Ali yang kemudian diikuti oleh seluruh warga Kampung Adat Cireundeu.

Berkat inovasinya tersebut pada 1946 Pemerintahan melalui Wedana Cimahi memberikan penghargaan kepada Ibu Omah Asnamah sebagai Pahlawan Pangan.

Karena kepopuleran rasi ini lah kemudian Kampung Adat Cireundeu kemudian dijuluki juga sebagai "Kampung Singkong".

Bahakan nama ini kemudian diperkuat dnegan adanya sebuah patung singkong di depan garbang masuk Kampung Adat Cireundeu.

Sebagai bahan makanan pokok, singkong di Kampung Adat Cireundeu perharinya bisa memproduksi rasi sekitar 5 sampai 7 kuintal.

Menariknya lagi, jika musim kemarau tiba, kuantitas rasi bahkan bisa mencapai 1 ton perharinya.

Produksi rasi yang cukup besar ini didukung oleh luas lahan kebun singkong di Kampung Cireundeu yang mencapai 17 hektar.

Masyarakat Kampung Adat Cireundeu berkeyakinan bahwa tradisi mempertahankan rasi ini nantinya dapat menjawab tantangan swasembada pangan di Indonesia.

Untuk mengolah sendiri beras singkong juga sama dengan menanak nasi pada umumnya.

Sama halnya memakan dengan nasi, warga Kampung Adat Cireundeu sehari-harinya mengkonsumsi rasi bersama lauk pauk dan aneka sayuran.

Sehingga mereka tidak pernah merasa ada perbedaan yang signifikan antara mengkonsumsi nasi ataupun rasi.

Meski merupakan tradisi turun temurun, sebenarnya tidak ada kewajiban tersendiri dalam mengkonsumsi nasi singkong bagi warga Kampung Adat Cireundeu.

Hal tersebut masih dijalankan karena warga kampung sudah terbiasa menjaga adat budaya yang diwariskan dengan penuh kesadaran.

Bahkan, sebagian besar warga kampung adat yang bepergian pun tetap membawa bekal berupa rasi karena tidak akan memakan nasi meski di luar Kampung Adat.

Uniknya lagi, nasi dari singkong ini juga jauh lebih mengenyangkan perut dan kekuatannya lebih tahan lama jika dibandingkan dengan nasi.

Bagaimana, apakah kamu tertarik untuk mencoba rasi dari Kampung Adat Cireundeu ini?

Baca juga: 3 Kuliner Enak dan Murah di Cimahi, Ada Bakso Legendaris hingga Mi Setan

Baca juga: Intip Keunikan Kampung Adat Cireundeun Kota Cimahi, Ada Tradisi Tidak Makan Nasi Sejak Tahun 1918

Baca juga: Traveling Cimahi - Siap-siap! Kota Ini akan Kembangkan Wisata seperti Perancis, Begini Rencananya

Baca juga: Wisata Cimahi - Tunggu Waktu Berbuka? Ke Masjid Ini Aja, Ada Payung Peneduh Seperti di Masjid Nabawi

Baca juga: 3 Jajanan Enak dan Murah di Cimahi, Ada Bakso Legendaris hingga Mi Setan

(TribunTravel/Zainiya Abidtaun Nisa')

Temukan solusi untuk kebutuhan transportasi, pengiriman barang, layanan pesan antar makanan, dan yang lainnya di sini.

SHARE : share facebook share twitter share linkedin