
Mengenal 4 Keju Tradisional Indonesia, Ada Dangke hingga Dadiah, Sudah Pernah Coba?
TRIBUNTRAVEL.COM - Keju memang identik sebagai kudapan khas negara barat seperti Benua Eropa.
Namun siapa sangka jika Indonesia ternyata memiliki sejumlah keju khas dari berbagai daerah.
Menariknya lagi, keju khas berbagai daerah di Indoensia ini bahkan masih dibuat secara tradisional.
Tidak hanya itu, keju tradisional Indonesia ini bahkan ada yang sudah mulai langka dan sulit ditemukan.
Sayang sekali bukan?
Baca juga: Mencoba Gurihnya Paski Sir, Keju Unik dari Susu Domba
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut adalah keju tradisional Indonesia tersebut:
1. Dangke, Sulawesi Selatan
Dangke adalah keju lokal khas Sulawesi Selatan yang berasal dari Dsn Rante Limbong, Kec Curio Bolang dan Kec Maula, Kab Enrekang.
Seperti keju pada umumnya, bahan utama dalam membuat dangke adalah susu kerbau atau susu sapi.
Proses pembuatan dangke khas Sulawesi Sealatan ini masih sangat tradisional dan alami.
TONTON JUGA:
Hal ini dapat dilihat dari cara memasaknya, yaitu direbus dan diberi daun dan buah pepaya.
Enzim dari daun dan buah pepaya inilah yang kemudian mengikat susu menjadi padat seperti keju.
Setelah matang, dangke kemudian dimasukkan ke dalam wadah tempurung kelapa atau dibungkus dengan daun pisang.
2. Dadiah, Sumatera Barat

Beranjak dari Sulawesi, ada Provinsi Sumatera Barat yang memiliki keju tradisional, yaitu dadiah.
Dadiah khas Sumatera Barat merupakan keju tradisional yang terbuat dari susu kerbau.
Jika Dangke diwadahi menggunakan batok kelapa, dadiah justru dimasukkan ke dalam wadah bambu bersih.
Setelah dimasukkan ke dalam wadah, dadiah akan ditutup menggunakan daun pisang, kemudian disimpan selama berhari-hari.
Proses penyimpanan inilah yang akan membuat tekstur dadiah menjadi lebih padat dan keras.
Warga Sumatera Barat biasanya menikmati dadiah bersama siraman saus gula merah.
3. Gulo Puan, Palembang

Gulo puan sering disebut juga sebagai keju manisnya Indoensia yang berasal dari Palembang.
Gulo pun termasuk keju tradisional yang sudah mulai langka karena bahan bakunya cukup sulit untuk didapatkan.
Yaitu menggunakan susu kerbau rawa yang hanya ada pada kawasan rawa di Pampangan, Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Berbeda dengan keju tradisional sebelumnya, gulo puan dibuat bersama campuran gula.
Menariknya lagi, gulo puan sampai saat ini masih diolah secara tradisional dan dimasak selama berjam-jam.
Biasanya gulo puan hanya dijual oleh beberapa pedagang kaki lima di waktu tertentu saja, yaitu sekitar waktu shalat Jumat di Masjid Agung Kota Palembang.
4. Dali Ni Horbo, Tapanuli
Masih di Pulau Sumatera, ada keju tradisional khas Batak yaitu Dali Ni Horbo dari Tapanuli.
Sama seperti dangke, dali ni horbo juga terbuat dari susu sapi atau susu kerbau.
Meskipun berbahan dasar sama, dali ni hobo dimasak dengan cara direbus bersama campuran perasan air nanas dan daun pepaya.
Selain sebagai pemadat susu, campuran tersebut juga berfungsi sebagai penghilang amis pada dali ni horbo.
Dali ni horbo terkenal memiliki tekstur yang lembut dan sering disantap bersama bumbu kuah arsik.
Baca juga: Manisnya Gulo Puan, Kuliner Khas Palembang yang Langka, Dulu Jadi Favorit Bangsawan
Baca juga: Mengenal Ampiang Dadiah, Kuliner Fermentasi Susu Kerbau Khas Minangkabau
Baca juga: Yuk Kenalan dengan 5 Keju Lokal Khas Daerah di Indonesia, Tidak Kalah Enak dengan Buatan Luar Negeri
Baca juga: 6 Fakta Unik Keju, Olahan Susu yang Selalu Buat Makanan Semakin Lezat
Baca juga: Fakta Unik Chhurpi, Keju Khas Nepal yang Kerasnya Seperti Batu tapi Selalu Diburu Wisatawan
(TribunTravel/Zainiya Abidatun Nisa')
