Fakta Unik Pecel, Kuliner Tradisional yang Ditulis di Serat Centhini

TRIBUNTRAVEL.COM -Kamu pasti sudah tidak asing dengan pecel.

Kuliner tradisional berbahan dasar sayuran ini cukup mudah ditemukan khususnya di Pulau Jawa.

Terbuat dari berbagai jenis daun yang bisa dimakan direbus lalu dimakan dengan saus kacang yang berbumbu kencur, asem, garam dan cabai.

Rasanya tak hanya segar, tapi juga pedas, wangi dan gurih.

Pecel memiliki keunggulan salah satunya adalah kaya serat dan anti oksiden serta sangat menyehatkan.

Lalu bagaimana sejarahpecel?

Pecel Pincuk Hj Lulut Ponorogo dengan aneka lauk.
Pecel Pincuk Hj Lulut Ponorogo dengan aneka lauk. (Instagram/@pecel.buhjlulut)

Dalam buku Babad Tanah Jawi diceritakan Ki Gede Pamanahan beritirahat di Dusun Taji saat melakukan perjalanan ke Tanah Mataram.

Di Dusun Taji, Ki Ageng Karang Lo menyiapkan jamuan untuk Ki Gede Pamanahan yakni nasi pecel daging ayam, sayur menir.

Selasai makan, Ki Gede Pamahanan berkata, "Terimakasih Ki Sanak. Hidangannya enak sekali. Saya sungguh sangat berhutang budi pada Ki Sanak. Semoga kelak saya bisa membalasanya."

Saat ditanya hidangan apakah itu. Ki Ageng Karang Lo menjawab, "Puniko ron ingkang dipun pecel."Artinya adalah dedaunan yang direbus dan diperas airnya.

Sejak itu hidangan tersebut dikenal dengan pecel.

Disebut di Serat Cethini

Pecel juga disebutkan di naskah Centhini yang menjadi koleksi milik Badan Pelestarian Nilai Budayayogyakarta.

Serat Centhini diawali dengan cerita kedatangan Syekh Wali Lanang dari Tanah Arab ke Tanah Jawa yang kemudian menurunkan Sunan Giri.

Singkat kata, Sunan Giri Prapen memiliki tiga putra yakni Jarengresmi, jayengsari, dan Niken Rancangkapti. Mereka kemudian meninggalkan Giri.

Pecel Kawi di Malang, Kamis (2/4/2020).
Pecel Kawi di Malang, Kamis (2/4/2020). (Instagram.com/@pecelkawi)

Perjalanan Raden Jayengresmi disertai kedua santrinya Gathak dan Gathuk mengembara melewati wilayah Surabaya, Kediri, Bojonegara, Rembang, Purwadadi, Semarang, Pekalongan, Cirebon, Purwakarta, Krawang dan Bogor.

Ketika sampai di Dukuh Argapura, Raden Jayengsari dan adiknya membayangkan makanan yang ingin mereka makan yaitu sekul pulen, panggang pudhak, jangan menir, pecel dhere, dhendheng manjangan gepuk, lalap sledri cambah kemangi, carabikang, koci, mendut, dan timus.

Sedangkan abdinya yang bernama Buras membayangkan sekul gaga blenyik putih, pecel iso myang semanggi, dandhendheng pendhul maesa.

Saat itu pecel menjadi salah satu hidangan yang disajikan untuk Jayengsari.

Di Serat Cethini juga terdapat hidangan yang bernama rurujakan yang bebahan buah atau sayur yang kemudian berkembang menjadi hidangan pecel yang dikenal saat ini.

Pecel diYogyakarta

Sementara itu Murdijati Gardjito, ahli gastronomi dari Universitas Gadjah Mada dalam bukunyaKuliner Yogyakarta Pantas Dikenang Sepanjang Mas menyebutkan jika dari sumber Babad Tanah Jawi, hidangan pecel mulanya berasal dari Yogyakarta.

Karena disuguhkan kepada Ki Gede Pamanahan saat perjalanan ke Tanah Mataram. Dan hingga saat ini, di sudut Kota Yogayakarta sangat mudah ditemukan hidangan pecel.

Seperti di Kaliurang. Pecel di daerah ini banyak menggunakan sayur dari lereng Gunung Merapi.

Sementara itu penjual pecel di pojok Bringharjo tepatnya di Jalan Ahmad Yani, penjual menggunakan rebusan kenikir dan pare pahit.

Meski ada pahitnya, pecel di Bringharjo nikmat disandingkan dengan anke bacem gembus, tempe kedelai dan tahu.

Sedangkan di Terminal Imogiriterdapat penjual pecel kembang turi yang disantap dengan tempe goreng garit panas.

Tak hanya di Yogyakarta. Pecel juga dikenal di Madiun dan juga Blitar serta daerah Jawa lainnya yang tentunya memiliki rasa khas yang beragam.

Baca juga: Alternatif Makanan Sehat, Sambal Pecel Kemasan di Madiun Dibuat dari Kurma dan Garam Himalaya

Baca juga: Rekomendasi 5 Pecel Enak di Semarang Buat Sarapan, Ada Warung Pecel Bu Sumo yang Legendaris

Baca juga: 4 Tempat Makan Pecel di Malang, Ada Pecel Kawi yang Buka Sejak 1975

Baca juga: 5 Tempat Nasi Pecel Enak di Semarang, Cocok Sebagai Menu Sarapan

Baca juga: 5 Nasi Pecel Enak di Surabaya untuk Sarapan, Cobain Pecel Bu Joyo yang Sudah Ada Sejak 1950

Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul Cerita di Sepiring Nasi Pecel, dari Suguhan Ki Gede Pemanahan hingga Ditulis di Serat Centhini

Temukan solusi untuk kebutuhan transportasi, pengiriman barang, layanan pesan antar makanan, dan yang lainnya di sini.

SHARE : share facebook share twitter share linkedin