
Cicipi Lezatnya Sosis Solo yang Unik, Hasil Akulturasi Cita Rasa Jawa dan Eropa
TRIBUNTRAVEL.COM - Berbicara soal ragam kuliner khas dari berbagai daerah di Indonesia memang tidak ada habisnya.
Tidak hanya lezat beberapa kuliner khas daerah di Indonesia bahkan sangat unik dan tidak biasa.
Hal tersebut dapat kamu lihat pada satu jajanan tradisional yaitu sosi solo.
Sesuai namanya, kudapan berupa sosis ini bukan berasal dari mancanegara, melainkan Kota Solo, Jawa Tengah.
Sosis solo merupakan jajanan tradisional khas Solo yang unik dan termasuk hasil akulturasi antara cita rasa Jawa dan Eropa.
Hal tersebut dapat dilihat dari bentuknya yang berbeda dengan sajian sosis pada umumnya.
Jika sosis biasa hanya berupa adonan daging cincang yang dibungkus usus atau yang lain, sosis solo justru dihidangkan mirip dengan risol.
Baca juga: Kulineran di Kota Solo, 6 Warung Nasi Liwet Enak Ini Tak Boleh Dilewatkan
Uniknya Sosis Solo
Sosis solo merupakan jajanan tradisional khas Kota Solo Provinsi Jawa Tengah.
Bahan baku utama dalam membuat sosis solo mungkin mirip seperti sosis pada umumnya yang menggunakan daging sapi atau ayam.
Daging sapi dan ayam tersebut kemduian digiling hingga menjadi halus lalu dibungkus kulit dadar telur.
TONTON JUGA:
Untuk kulit dadar telur bahan-bahnnya terdiri dari campuran tepung terigu, santan, telur, garam dan minyak goreng.
Pembungkus dari dadar telur inilah yang membuat sosis khas solo menjadi sangat unik dan berbeda dari sosis pada umumya.
Menariknya lagi, sosis tradisional khas solo ini bahkan biasa disajikan dalam dua cara loh.
Yaitu sosis solo goreng dan sosis solo basah, yang dimasak dengan cara dikukus.
Tidak hanya itu, biasanya warga Solo juga menjadikan jajanan tradisional tersebut menjadi camilan sehari-hari.
Jika dilihat sekilas sosis solo mungkin akan terlehat mirip risol namun tentu memiliki rasa yang berbeda.
Sosis solo terkenal dengan cita rasanya yang gurih dipadukan dengan tekstur daging dan kulit dadar telur yang lembut.
Sejarah Sosis Solo
Berbicara soal makanan khas daerah biasanya akan memiliki nilai histori tersendiri, seperti pada sosis solo.
Melansir dari Kompas.com, menurut peneliti pusat studi pandan dan gizi Universitas Gadjah Mada, Murdijati Gardjito, sosis solo adalah hasil akulturasi.
Akulturasi yang dimaksud adalah perpaduan antara sajian khas Eropa dan Kota Solo.
Maka tidak heran jika bentuk sosis solo sangat khas dan berbeda dengan sosi pada umumnya.
Konon, sosis solo tercipta saat zaman kolinial yang menyasar Kota surakarta untuk kepentingan diplomatik.
Pada masa itu petinggi Belanda kerap berkunjung ke Solo untuk menjalin hubungan baik dengan raja-raja di Mataram Kuno.
Dari hubungan inilah kemudian orang Belanda memperkenalkan sosis yang terbuat dari daging dan susu.
Saat itu orang Jawa belum memiliki kudapan berupa sosis, akhirnya dibuatlah sosis versi kearifan lokal.
Kearifan lokal yang dimaksud adalah mengganti susu dengan dengan bumbu merica, bawang putih, dan pala.
Pemilihan bumbu ini disesuaikan dengan cita rasa lidah orang Solo karena pada zaman dulu mereka belum terbiasa mengkonsumsi susu.
Menariknya lagi, sosis solo pada awalnya justru dibuat oleh pengusaha restoran Tionghoa di Solo.
Warga keturunan Tionghoa itu melihat peluang bisnis besar dengan membuat inovasi sosis untuk dijajakan pada bangsawan kolonial dan priyayi di Solo pada masa penjajahan.
Baca juga: 7 Warung Tengkleng Enak di Solo, Jangan Lewatkan Tengkleng Rica yang Menggugah Selerea
Baca juga: 8 Kuliner Khas Solo yang Bikin Ketagihan, Ada Sate Kere hingga Nasi Liwet
Baca juga: Terkenal Akan Kelezatannya, 8 Makanan Khas Solo Ini Jadi Favorit Wisatawan
Baca juga: 5 Aneka Kuliner Olahan Daging Khas Solo, Ada Sate Buntel hingga Selat Solo
Baca juga: 7 Ayam Goreng Enak di Solo dan Sekitarnya, Ayam Goreng Kremes Mas Anto hingga Ayam Goreng Widuran
(TribunTravel/Zainiya Abidatun Nisa')
