Es Selendang Mayang, Minuman Tradisional Khas Betawi yang Banyak Diburu saat Ramadan

TRIBUNTRAVEL.COM - Selama bulan Ramadan, ada banyak takjil khas daerah yang bermunculan.

Satu di antaranya adalah es selendang mayang.

Es selendang mayang merupakan jenis minuman tradisional khas Betawi yang terbilang legendaris.

Minuman dingin tersebut dibuat dengan resep yang konon sudah diturunkan dari nenek moyang sejak 1940-an.

Sebagai salah satu kuliner yang sudah lama eksis, kehadiran es selendang mayang kini mulai sulit ditemukan di Jakarta.

Namun, minuman ini tetap diburu selama bulan Ramadan karena memiliki sensasi tersendiri bagi penikmatnya.

Baca juga: Sate Susu, Kuliner Unik Khas Bali yang Hanya Disajikan saat Ramadan

Es Selendang Mayang alternatif menu buka puasa
Es Selendang Mayang alternatif menu buka puasa (instagram/kulinerindonesiatop)

Minuman es selendang mayang dibuat dari bahan tepung sagu aren, tepung hukwe, garam, dan air.

Untuk menambah aroma wangi pada minuman ini, penjual biasanya juga menambahkan pandan.

Adonan tersebut dimasak dan setelah jadi bentuknya akan seperti agar-agar.

Supaya lebih menarik, biasanya adonan ditambahi dengan pewarna makanan.

Setelah matang, barulah kemudian adonan dipotong-potong.

Warna-warni adonan itulah yang terlihat mirip seperti selendang.

Sebutan selendang mayang pun kemudian diberikan karena tambahan gula aren yang ditambahkan pada es ini.

Dalam penyajiannya, es selendang mayang menggunakan kuah santan, gula dan tentu saja potongan selendang mayang yang berwarna-warni itu.

Rasanya yang gurih dan manis sangat cocok untuk melepas dahaga setelah seharian puasa di bulan Ramadan.

Bahan dasar selendang mayang yang terbuat dari tepung yang mengandung karbohidrat, sehingga membuat minuman ini tidak hanya mampu mengobati rasa haus, namun juga cukup untuk mengganjal perut sementara waktu.

Semakin nikmat jika disajikan secara dingin dengan banyak es batu di dalamnya.

Es selendang mayang kini sudah jarang ditemukan di Jakarta.

Namun, saat berkunjung ke kawasan Kota Tua, kamu masih bisa menemukan beberapa penjual minuman ini di sana, khususnya saat bulan Ramadan.

Sering Muncul saat Ramadan, Patola Jadi Jajanan Favorit Masyarakat Banyuwangi

Aneka jenis takjil ternyata menjadi daya tarik tersendiri bagi umat muslim seluruh dunia saat bulan Ramadan tiba.

Biasanya, masyarakat mulai berburu takjil selepas Ashar hingga menjelang waktu berbuka puasa.

Di Indonesia, ada banyak takjil khas Ramadan yang bisa dinikmati saat buka puasa.

Satu diantaranya adalah Kue Patola atau yang biasa dikenal dengan sebutan petulo.

Jajanan khas Banyuwangi ini hanya diproduksi selama bulan Ramadan saja.

Tak heran jika Kue Patola menjadi salah satu makanan khas yang banyak diburu saat bulan Ramadan.

Terlebih bagi warga masyarakat Banyuwangi, Kue Patola sudah menjadi hidangan favorit untuk menu buka puasa.

Saat mengunyahnya, rasa manis gurih akan berpadu dengan kelembutan kue yang berbahan tepung beras.

Cita rasa tersebut yang membuat Kue Patola sangat digemari masayarakat Banyuwangi.

Menariknya, resep Kue Patola merupakan warisan turun temurun yang sudah ada sejak dulu.

Dikutip TribunTravel dari Kompas.com, tak ada catatan tertulis kapan Kue Patola mulai menjadi makanan khas di Banyuwangi saat bulan Ramadan.

Mahwah, seorang pembuat Kue Patola asal Dusun Gumukrejo, Desa Gitik, Kecamatan Rogojampi, mengungkapkan dirinya membuat Kue Patola sejak berusia 20 tahun.

Perempuan itu kini sudah berusia 56 tahun, artinya Kue Patola telah ada lebih dari 30 tahun lalu.

Petulo yang siap dikemas untuk makanan takjil.
Patola yang siap dikemas untuk makanan takjil. (KOMPAS.COM/Ira Rachmawati)

Mahwah sendiri belajar membuat Kue Patola dari sang ibu yang juga seorang pembuat kue khas Ramadan itu.

Tak hanya menurunkan resep Kue Patola, ibunya bahkan mewariskan alat pembuat kue pada Mahwah.

"Semua alat untuk membuat Kue Patola saya dapat dari ibu. Masih terjaga dengan baik hingga kini," ujarnya.

Menurut dia, cara membuat Kue Patola terbilang sederhana.

Tepung beras yang merupakan bahan dasar kue dibuat adonan dengan campuran air.

Adonan itu kemudian dimasukkan ke dalam cetakan khusus untuk bisa menghasilkan bentuk seperti mi.

Adonan yang sudah masuk ke dalam cetakan dengan jaring-jaring cukup ditekan hingga keluar dalam bentuk panjang seperti mi.

Setelah itu, mi dari tepung beras itu dibentuk lingkaran sebesar telapak tangan atau lebih kecil.

"Kalau sudah dicetak, adonan lalu dimasukkan ke dalam dandang untuk dikukus hingga adonan benar-benar matang," tuturnya.

Kue ini umumnya memiliki warna merah muda, hijau, dan putih.

Untuk penyajiannya, Kue Patola biasa dihidangkan dengan santan yang dicampur gula aren.

Baca juga: Sering Diburu saat Bulan Ramadan, Timun Suri dan Blewah Punya Manfaat Baik untuk Kesehatan

Baca juga: Barongko, Takjil Lezat Khas Makassar yang Jadi Incaran saat Bulan Ramadan

Baca juga: Es Pisang Ijo, Kuliner Legendaris Khas Makassar yang Sering Dicari saat Ramadan

Baca juga: Sotong Pangkong, Kuliner Khas Pontianak yang Jadi Favorit saat Bulan Ramadan

Baca juga: Mengenal Bleguran, Permainan Tradisional Remaja Jakarta Tahun 70-an Saat Ngabuburit di Bulan Ramadan

TribunTravel.com/Mym)

Temukan solusi untuk kebutuhan transportasi, pengiriman barang, layanan pesan antar makanan, dan yang lainnya di sini.

SHARE : share facebook share twitter share linkedin