TRAVEL UPDATE: Fenomena Hujan Es di Yogyakarta, Ini Penjelasan Lengkap BMKG
TRIBUNTRAVEL.COM - Kawasan Kota Yogyakarta diguyur husan es pada Rabu (3/3/2021) lalu.
Fenomena alam tersebut diawali dengan hujan deras yang mengguyur wilayah Kota Yogyakarta sekira pukul 13.00 WIB.
Dikutp dari TribunJogja.com, hujan deras yang disertai angin kancang tiba-tiba langsung disertai es seukuran sekitar dua sentimeter.
Butiran es yang berukuran cukup besar tersebut membuat suara gemuruh.
Baca juga: TRAVEL UPDATE: Fenomena Langka, Hari Tanpa Bayangan Terjadi di Bali pada 26-27 Februari 2021
Hujan es berlangsung cukup lama sekira sepuluh menit.
Fenomena hujan es ini pun diabadikan oleh sejumlah warga dengan menggunakan kamera handphone.
Salah satu karyawan Tribunjogja, Aris mengaku hujan es pada siang ini cukup lama.
Ukuran butiran es sangat besar sehingga membuat rasa sakit jika mengenai tubuh.
"Ukuran esnya cukup besar. Sebesar kelereng,"ucapnya.
Sementara itu, dikutip Tribunjogja.com dari Instagram BMKG DIY @staklim_jogja, BMKG DIY memang mengeluarkan peringatan ini cuaca ekstrem pada Rabu (3/3/2021) siang.
Peringatan dini cuaca ekstrem dikeluarkan oleh BMKG mulai pukul 12.45 WIB.
Potensi cuaca ekstrem berpeluang terjadi di wilayah Sleman, Kulon Progo, dan Kabupaten Bantul.
Di Kabupaten Sleman, cuaca ekstrem berpotensi terjadi di Kecamatan Berbah, Prambanan, dan Turi.
Sementara di Kabupaten Kulon Progo, cuaca ekstrem berpotensi terjadi di Kalibawang.
Di Bantul, cuaca ekstrem berpotensi terjadi di Piyungan.
Potensi cuaca ekstrem ini berpeluang meluas ke wilayah Gunungkidul yang meliputi Kecamatan Patuk dan Gedangsari.
Kemudian di wilayah Sleman berpotensi meluas ke Kecamatan Kalasan, Depok, Ngemplak, Ngaglik, Pakem, Cangkringan, Tempel, Seyegan, Minggir.
Kemudian di Bantul bisa meluas ke Banguntapan, Pleret, dan Sewon.
Kawasan Kota Yogyakarta pun tak luput dari peringatan dini cuaca eksrem yang dikeluarkan BMKG.
Potensi cuaca ekstrem ini diperkirakan akan berlangsung hingga pukul 14.45 WIB.
Penjelasan BMKG
Forecaster Cuaca BMKG Stasiun Klimatologi Sleman, Haryati, mengungkapkan fenomena hujan es (hail) merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi.
Fenomena tersebut, disebabkan akibat adanya awan Cumulonimbus (Cb).
Salah satu proses pembentukannya adalah melalui kondensasi uap air yang sangat dingin di atmosfer pada lapisan di atas titik beku (freezing level).
"Awan yang tinggi puncaknya melebihi titik beku ini akan memiliki bagian atas yang suhunya lebih rendah dari nol derajat Celcius, sehingga awan tersebut mempunyai peluang sangat besar memproduksi es," terangnya.
Haryati menjelaskan, beberapa indikasi terjadinya hujan lebat atau es disertai kilat dan angin kencang berdurasi singkat.
Pertama, satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.
Hal itu diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat.
Lalu, mulai pukul 10.00 pagi biasanya mulai terlihat tumbuh awan cumulus (awan putih berlapis-lapis), di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol.
Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam yang dikenal dengan awan Cb.
Selanjutnya, pepohonan mulai ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat, dirasakan ada desir udara dingin.
"Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba-tiba.
Apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat itu," jelasnya.
Baca juga: 52 Ikan Paus Terdampar di Pantai Bangkalan Madura, BKSDA Sebut Fenomena Langka
Baca juga: Viral di TikTok, Video Fenomena Warna-warni di Langit Disebut Pelangi Api, Apa Itu?
Baca juga: Viral Fenomena Langka Hujan Salju di Gurun Sahara, Seperti Apa Ya?
Baca juga: 5 Fenomena Langka yang Pernah Dilihat Pilot di Udara, Termasuk Api Saint Elmo
Baca juga: Ilmuwan Dibingungkan Fenomena Kematian Massal Makhluk Laut di Pantai Timur Rusia
(TribunTravel.com/Mym)