Fakta Burayot, Kue Tradisional Garut yang Sering Disajikan Saat Lebaran
TRIBUNTRAVEL.COM- Bagi kamu yang tinggal di Garut pasti tidak asing dengan burayot.
Burayot merupakan satu kuliner tradisional khas Garut.
Burayot banyak ditemukan di kawasan Leles, Kadungora, dan Wanaraja.
Rasanya yang manis dan gurih membuat burayot disukai banyak orang.
Baca juga: Viral Cipak Koceak Garut, Kuliner Super Pedas Pakai Puluhan Cabai
Burayot atau ngaburayot dalam bahasa Sunda memiliki arti yaitu bergelantungan.
Burayot terbuat dari gula merah, minyak kelapa, kacang tanah, dan beras merah.
Proses pembuatannya pun tidak sulit, pertama-tama, tumbuk beras merah menjadi tepung beras.
Gula merah terlebih dahulu dicairkan.
Sementara kacang merah digoreng tanpa minyak atau dalam bahasa Sunda di-sangrai.
Setelah itu kacang ditumbuk sampai halus.
Baca juga: Liburan Akhir Pekan di Garut, 8 Tempat Wisata Alam Memukau Ini Tak Boleh Dilewatkan
Kacang merah dan tepung beras yang sudah halus kemudian dimasukan kedalam cairan gula merah yang sudah dicairkan dan didinginkan.
Kemudian bahan ini dibuat adonan dengan cara diaduk sampai tercampur rata lalu dicetak untuk kemudian digoreng menggunakan wajan.
Setelah matang kemudian ditiriskan.
Saat ditiriskan dari wajan, makanan ini harus diangkat dengan menggunakan penusuk bambu.
Baca juga: 5 Jajanan Khas Garut Berbahan Dasar Tepung Aci yang Pedasnya Bikin Merem Melek
Karena sifatnya yang lembek itulah ketika diangkat menggunakan penusuk bambu maka akan terlihat ngaburayot atau bergelantung.
Dari situlah makanan ini disebut Burayot.
Menjelang Lebaran biasanya kue ini di produksi di tiap Rumah untuk di konsumsi sendiri di saat Lebaran tiba.
Ada juga yang di produksi khusus untuk di jual dengan jumlah produksi yang cukup besar, biasanya memenuhi pesanan menjelang Lebaran.
Baca juga: 5 Kuliner Malam di Garut yang Menggiurkan, Jangan Lupa Cobain Lezatnya Sate Maranggi Pak Nur
(TribunTravel.com/ Ratna Widyawati)