
Penampakan Pesawat Misterius di Antartika, Terkubur Usai Kena Badai Dahsyat
TRIBUNTRAVEL.COM - Sama seperti transportasi lainnya, pesawat juga kadang mengalami kerusakan tidak terduga yang menyebabkan pendaratan darurat.
Lokasi pendaratan darurat ini pun tidak bisa diprediksi, terkadang ada yang di laut, di gunung bahkan di gundukan salju.
Karena lokasi pendaratan yang sulit dijangkau, terkadang pesawat dibiarkan begitu saja tanpa perbaikan selama berabad-abad.
Baca juga: Dianggap Bawa Sial, Kursi Nomor 13 Kerap Dihindari di Pesawat
Sebuah pesawat misterius pun ternyata menyimpan kisah pendaratan darurat yang tak terduga.
Pesawat yang kemudian diketahui merupakan Lockheed C-121 Constellation ini terbengkalai sejak tahun 1970 setelah melakukan pendaratan darurat.
Pesawat bernama Pegasus ini pun terkubur di Antartika.
Dilansir dari Simple Flying, Senin (24/5/2021), saat itu pesawat dalam perjalanan pulang pada 8 Oktober 1970.

Pesawat yang merupakan bagian dari Skuadron VX-6 Angkatan Laut Amerika Serikat ini berangkat dari Bandara Christchurch (Selandia Baru) selama 10 jam 30 menit ke Antartika.
Di dalam pesawat ada 80 orang yang terdiri dari 12 awak dan 68 penumpang.
Sebanyak 12 awak tersebut termasuk komandan, dua co-pilot, dua navigator, dau insiyur penerbangan, seorang operator radia dan dua loadmaster.
Saat itu pesawat Lockheed C-121 Constellation (Connie) sedang menuju ke Stasiun McMurdo ketika menghadapi badai yang dahsyat.
Baca juga: Pesawat yang Digunakan untuk Penerbangan Diktator Rumania Ini Dilelang Mulai Rp 431 Juta
Salju dan es yang tertiup angin kencang membuat kondisi visibilitas hampir nol.
Mempertimbangkan keterpencilan lokasi Antartika di dunia, Pegasus tidak bisa begitu saja terbang kembali ke asalnya atau ke bandara yang sesuai di luar benua yang jauh, karena tidak akan ada cukup bahan bakar untuk melakukannya.
Crash Landing

Berdasarkan ingatan navigator kedua Robert O'Keefe, penulis lepas Noel Gillespie menceritakan kembali kisah tersebut.
"Setengah jam dari McMurdo, cuaca memburuk, hingga jarak pandang nol dengan badai hebat, yang telah menyelimuti pangkalan. Rendahnya bahan bakar dan tidak ada lapangan terbang alternatif, Komandan Greau dipaksa untuk 'mendaratkan' pesawat itu. Setelah melakukan lima kali percobaan, dia berbelok ke sisi kanan landasan pacu es dan 'Connie' hancur tanpa korban," kata Noel Gillespie melalui Radiocom.net.
Sementara Atlas Obscura mencatat bahwa angin begitu kuat sehingga bagian luarnya tertiup, hal ini tidak disebutkan dalam penceritaan ulang cerita oleh navigator kedua penerbangan tersebut.
Dengan landasan pacu yang hampir tidak terlihat, pesawat tersebut mendarat dengan sendirinya, tergelincir di sepanjang permukaan es.
Keempat mesin dimundurkan sepenuhnya sementara gigi utama kanan panas di atas tumpukan salju.
Menabrak tumpukan salju menyebabkan pesawat berbelok ke kanan, berputar 210 derajat searah jarum jam, dan meluncur mundur ke kanan landasan.
Roda pendaratan utama menabrak tumpukan salju besar dan terpelintir sebagai akibatnya.
Pesawat ini pun tetap di tempat yang sama selama lebih dari 50 tahun.
Baca juga: Pengantin Baru Dapat Kejutan Manis dari Kru Kabin di Pesawat, Videonya Viral di Medsos
Baca juga: 11 Kode Promo Diskon Tiket Pesawat Domestik hingga Rp 250 Ribu, Simak Syarat dan Ketentuannya
Semua Awak dan Penumpang Selamat
Mengingat kondisi cuaca yang ganas, merupakan pencapaian yang mengesankan dan mengagumkan bahwa 80 orang di dalam pesawat selamat dari kecelakaan tersebut tanpa mengalami cedera serius.
"Saya dapat mengingat dengan jelas bahwa (kapten) telah benar-benar mematikan mesin dan menukik ke landasan pacu es. Kami mendarat sangat keras tetapi mungkin akan mengalami sedikit kerusakan atau tidak ada kerusakan seandainya beberapa salju beku tidak terbentuk di landasan pacu, sementara kami melakukan pendekatan pertama kami," kata Robert O'Keefe, Navigator Kedua melalui Radiocom.net
Dengan angin kencang dan cuaca sangat dingin, penumpang (banyak yang pakaiannya kurang pas untuk cuaca dingin) tetap berada di dalam pesawat.
Meskipun mendarat darurat, pesawat itu dianggap berisiko rendah untuk kebakaran mengingat suhu di lokasi pendaratan.
Pemulihan pesawat pun membutuhkan waktu beberapa jam karena visibilitas yang terbatas.
Saat ini, mereka yang mengunjungi Stasiun McMurdo mungkin dapat mengunjungi lokasi kecelakaan, dengan separuh bangkai pesawat yang tertutup tertutup es dan salju.
Lokasi kecelakaan dan landasan pacu es diubah namanya menjadi Lapangan Pegasus, diambil dari nama pesawat.
Namun, lapangan ini tidak lagi digunakan sebagai landasan pacu es karena ditutup pada 2014 karena pencairan musim panas yang berlebihan.
Baca juga: Promo Tiket Pesawat AirAsia, Diskon hingga Rp 200 Ribu ke Semua Rute Domestik
Baca juga: Kronologi Engine Pesawat Batik Air Tabrak Garbarata di Bandara Ngurah Rai
(TribunTravel.com/ Ratna Widyawati)
Baca selengkapnya seputar Kecelakaan Pesawat Paling Misterius, di sini.
