15 Ribu Penumpang Heboh Naik Penerbangan Misterius, Diajak Traveling ke Antah-berantah

TRIBUNTRAVEL.COM - Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang signifikan terhadap industri penerbangan di berbagai belahan dunia.

Banyaknya perbatasan negara yang ditutup, menimbulkan kerinduan tersendiri bagi para pelancong yang ingin terbang ke berbagai destinasi.

Untuk mengobati rasa rindu para pelancong, sejumlah maskapai di Korea Selatan menawarkan konsep penerbangan baru tanpa rute tujuan atau yang sering disebut penerbangan misterius.

Penerbangan misterius atau penerbangan antah-berantah membawa penumpangnya dari dan kembali ke bandara tempat pesawat lepas landas.

Penumpang tidak mendarat di destinasi baru seperti penerbangan pada umumnya.

Siapa sangka, konsep penerbangan ini sangat diminati para pelancong di Korea Selatan.

Melansir laman Simple Flying, Minggu (20/6/2021), tercatat ada ribuan penumpang turut serta dalam penerbangan misterius sejak pembatasan perjalanan dan penutupan perbatasan diberlakukan.

Dengan berlanjutnya penerbangan misterius di Korea Selatan sepanjang tahun 2021, tak dipungkiri bahwa stastistik yang mengesankan tersebut akan terus meningkat.

Air Busan menempati posisi pertama sebagai maskapai yang paling banyak mengoperasikan penerbangan misterius di Korea Selatan dengan 35 penerbangan.
Air Busan menempati posisi pertama sebagai maskapai yang paling banyak mengoperasikan penerbangan misterius di Korea Selatan dengan 35 penerbangan. (Flickr/ ken H)

Lebih dari 150 penerbangan misterius telah beroperasi di Korea Selatan

Menurut data yang baru-baru ini dirilis oleh Korea Customs Service, total ada 15.983 penumpang telah naik 152 penerbangan misterius.

Diketahui, ada tujuh maskapai penerbangan Korea Selatan yang telah menawarkan konsep penerbangan tersebut.

Dari tujuh maskapai yang mengoperasikan penerbangan misterius, Air Busan berada pada posisi teratas dengan dengan 35 penerbangan.

Sementara Jeju Air telah menjalankan 34 penerbangan ke misterius, diikuti oleh Jin Air dengan 33 penerbangan.

Beberapa maskapai lain juga masih aktif dalam penerbangan misterius, seperti T'way Air, Air Seoul, Asiana, dan Korean Air.

Baca juga: Video Viral Hidung Pesawat Rusak Gara-gara Roda Pendaratan Depan Gagal Terkunci

Baca juga: Heboh Laba-laba Besar Jatuh di Kokpit Pesawat, Pilot: Saya Harus Tetap Tenang

Ramai peminat karena retail

Penerbangan misterius di Korea Selatan tengah menjadi favorit karena fokus mereka terhadap belanja bebas bea.

Sebab, pemerintah Korea Selatan mengizinkan penerbangan untuk membantu menopang maskapai penerbangan lokal dan industri bebas bea lokal.

Hal tersebut dirasa cukup adil lantaran pertokoan di bandara dianggap sering terlupakan di tengah turunnya perjalanan.

Pemerintah Korea Selatan telah mengizinkan lebih banyak maskapai dan lebih banyak bandara untuk terlibat selama setahun terakhir.

Seiring berjalannya waktu, alasan untuk penerbangan juga telah bergeser.

Ilustrasi penerbangan misterius di Korea Selatan.
Ilustrasi penerbangan misterius di Korea Selatan. (Foto oleh Jan Rosolino di Unsplash)

Jika sejumlah negara mengoperasikan penerbangan misterius untuk mengobati rasa rindu akan pengalaman terbang, hal itu nampaknya tidak terjadi di Korea Selatan.

Bloomberg melaporkan bahwa retailer bebas bea global Lotte mengadakan penerbangan untuk 130 pelanggan terbaiknya.

Pelanggan tidak membayar sepeser pun untuk penerbangan misterius, namun mereka diharapkan mengahbiskan banyak uang saat berbelanja di Lotte.

Penerbangan tersebut merupakan salah satu dari enam penerbangan misterius yang diselenggarakan oleh mereka pada Mei 2021.

Operator bebas bea terbesar kedua di Korea Selatan, Hotel Shilla, juga menawarkan dua penerbangan serupa pada Mei 2021 kepada para pelanggannya.

Masing-masing penerbangan bahkan mampu menampung 114 penumpang.

Baca juga: Video Viral, Hal Paling Menjijikkan Bagi Pramugari yang Dilakukan Penumpang di Pesawat

Penumpang penerbangan misterius menghabiskan banyak uang untuk biaya bebas bea

Korean Customs Service mengatakan bahwa selain alkohol, penumpang pada penerbangan misterius menghabiskan banyak uang untuk kosmetik, parfum, dan tas mahal.

"Saya melihat banyak orang dengan tas penuh barang bebas bea," kata salah satu pembeli bebas bea Air Busan kepada Bloomberg.

TONTON JUGA:

Penerbangan ini tidak menutupi kerugian yang ditimbulkan oleh operator bebas bea sejak penurunan perjalanan dimulai, tetapi mereka cukup membantu.

"Kontribusi dari penerbangan misterius memang kecil, tetapi lebih baik daripada tidak memiliki apa-apa," kata seorang analis kepada .

Maskapai dengan layanan lengkap Korean Air juga termasuk dalam tujuh maskapai yang menawarkan penerbangan tersebut.

Namun, beda halnya dengan maskapai bertarif rendah, mereka menyediakan penerbangan bebas bea yang lebih mumpuni.

Para penumpang membayar biaya mulai dari Rp 4-7 juta tergantung di mana mereka ingin duduk, dan mengambil barang bebas bea yang dipesan sebelumnya dalam perjalanan melalui bandara, sebelum menaiki salah satu penerbangan singkat dari Incheon International Airport.

"Penerbangan misterius adalah konsep yang menyegarkan. Namun, sejujurnya saya rasa saya tidak akan memesan penerbangan jika tidak ada manfaat belanja bebas bea," kata salah seorang penumpang Korean Air.

Baca juga: Jangan Dilanggar! Hindari Konsumsi Minuman Bersoda hingga Popcorn di Pesawat

Penampakan Pesawat Misterius di Antartika, Terkubur Usai Kena Badai Dahsyat

Selain penerbangan misterius, belakangan traveler juga dibikin penasaran dengan adanya penampakan pesawat yang misterius di Antartika.

Pesawat yang kemudian diketahui merupakan Lockheed C-121 Constellation ini terbengkalai sejak tahun 1970 setelah melakukan pendaratan darurat.

Pesawat bernama Pegasus ini terkubur di kawasan Antartika.

Dilansir dari Simple Flying, saat itu pesawat dalam perjalanan pulang pada 8 Oktober 1970.

Area lokasi kecelakaan diberi nama Lapangan Pegasus, yang diambil dari nama pesawat.
Area lokasi kecelakaan diberi nama Lapangan Pegasus, yang diambil dari nama pesawat. (Flickr /Kate Brady)

Pesawat yang merupakan bagian dari Skuadron VX-6 Angkatan Laut Amerika Serikat ini berangkat dari Bandara Christchurch (Selandia Baru) selama 10 jam 30 menit ke Antartika.

Di dalam pesawat ada 80 orang yang terdiri dari 12 awak dan 68 penumpang.

Sebanyak 12 awak tersebut termasuk komandan, dua co-pilot, dua navigator, dau insiyur penerbangan, seorang operator radia dan dua loadmaster.

Saat itu pesawat Lockheed C-121 Constellation (Connie) sedang menuju ke Stasiun McMurdo ketika menghadapi badai yang dahsyat.

Salju dan es yang tertiup angin kencang membuat kondisi visibilitas hampir nol.

Mempertimbangkan keterpencilan lokasi Antartika di dunia, Pegasus tidak bisa begitu saja terbang kembali ke asalnya atau ke bandara yang sesuai di luar benua yang jauh, karena tidak akan ada cukup bahan bakar untuk melakukannya.

Crash Landing

Pesawat Pegasus.
Pesawat Pegasus. (Flickr/ Kate Brady)

Berdasarkan ingatan navigator kedua Robert O'Keefe, penulis lepas Noel Gillespie menceritakan kembali kisah tersebut.

"Setengah jam dari McMurdo, cuaca memburuk, hingga jarak pandang nol dengan badai hebat, yang telah menyelimuti pangkalan. Rendahnya bahan bakar dan tidak ada lapangan terbang alternatif, Komandan Greau dipaksa untuk 'mendaratkan' pesawat itu. Setelah melakukan lima kali percobaan, dia berbelok ke sisi kanan landasan pacu es dan 'Connie' hancur tanpa korban," kata Noel Gillespie melalui Radiocom.net.

Sementara Atlas Obscura mencatat bahwa angin begitu kuat sehingga bagian luarnya tertiup, hal ini tidak disebutkan dalam penceritaan ulang cerita oleh navigator kedua penerbangan tersebut.

Dengan landasan pacu yang hampir tidak terlihat, pesawat tersebut mendarat dengan sendirinya, tergelincir di sepanjang permukaan es.

Keempat mesin dimundurkan sepenuhnya sementara gigi utama kanan panas di atas tumpukan salju.

Menabrak tumpukan salju menyebabkan pesawat berbelok ke kanan, berputar 210 derajat searah jarum jam, dan meluncur mundur ke kanan landasan.

Roda pendaratan utama menabrak tumpukan salju besar dan terpelintir sebagai akibatnya.

Pesawat ini pun tetap di tempat yang sama selama lebih dari 50 tahun.

Semua Awak dan Penumpang Selamat

Mengingat kondisi cuaca yang ganas, merupakan pencapaian yang mengesankan dan mengagumkan bahwa 80 orang di dalam pesawat selamat dari kecelakaan tersebut tanpa mengalami cedera serius.

"Saya dapat mengingat dengan jelas bahwa (kapten) telah benar-benar mematikan mesin dan menukik ke landasan pacu es. Kami mendarat sangat keras tetapi mungkin akan mengalami sedikit kerusakan atau tidak ada kerusakan seandainya beberapa salju beku tidak terbentuk di landasan pacu, sementara kami melakukan pendekatan pertama kami," kata Robert O'Keefe, Navigator Kedua melalui Radiocom.net

Dengan angin kencang dan cuaca sangat dingin, penumpang (banyak yang pakaiannya kurang pas untuk cuaca dingin) tetap berada di dalam pesawat.

Meskipun mendarat darurat, pesawat itu dianggap berisiko rendah untuk kebakaran mengingat suhu di lokasi pendaratan.

Pemulihan pesawat pun membutuhkan waktu beberapa jam karena visibilitas yang terbatas.

Saat ini, mereka yang mengunjungi Stasiun McMurdo mungkin dapat mengunjungi lokasi kecelakaan, dengan separuh bangkai pesawat yang tertutup tertutup es dan salju.

Lokasi kecelakaan dan landasan pacu es diubah namanya menjadi Lapangan Pegasus, diambil dari nama pesawat.

Namun, lapangan ini tidak lagi digunakan sebagai landasan pacu es karena ditutup pada 2014 karena pencairan musim panas yang berlebihan.

Baca juga: Lama Diparkir karena Pandemi Covid-19, Tempat Penyimpanan Pesawat Qantas Dipenuhi Ular Derik

(TribunTravel.com/Mym/Ratna Widyawati)

Baca selengkapnya soal penerbangan di sini.

Temukan solusi untuk kebutuhan transportasi, pengiriman barang, layanan pesan antar makanan, dan yang lainnya di sini.

SHARE : share facebook share twitter share linkedin