Camilan Ampo dari Tanah Liat Sempat Viral, Diyakini Bisa Sembuhkan Penyakit
TRIBUNTRAVEL.COM - Tahukah kamu bahwa ada camilan yang terbuat dari tanah?
Mungkin terdengar sedikit mustahil, namun nyatanya memang benar-benar ada.
Namanya adalah ampo, dan belakangan sempat viral di medsos.
Dengan komposisi yang cukup unik, tentu banyak masyarakat penasaran dengan cita rasa camilan tersebut.
Baca juga: Resep Nasi Goreng Selimut Telur, Tampilan Unik Mirip Menu Ala Restoran
Begitu pula dengan seorang pengguna TikTok bernama Sharon yang dikenal dengan akun @syeja.
Melalui ungghan video TikTok-nya, Sharon membagikan pengalamannya saat mencicipi ampo.
Menurut Shaaron, sekilas bentuk ampo memang layaknya camilan biasa dan tidak berbau meski kandungan tanah sangat terlihat jelas.
"Partikel tanahnya masih terlihat, kalau dari baunya tidak ada baunya," kata Sharon dalam video, dikutip TribunTravel, Rabu (15/12/2021).
Sharon mengaku baru merasakan rasa tanah ketika ia mencicipinya.
"Gak ada bau tanah sama sekali, tapi pas di makan baru berasa tanahnya," ungkapnya.
Sharon mengatakan bahwa cita rasa ampo seperti mencium bau tanah ketika hujan turun.
Nampaknya, memang sulit untuk mendeskripsikan cita rasa ampo yang benar-benar terbuat dari tanah liat asli.
Baca juga: Kuliner Unik di Bogor, Ada Perpaduan Bakso dengan Bumbu Rujak yang Bikin Ketagihan
Lantas, dari mana asal muasal ampo?
Melansir laman TribunMadura, ampo merupakan salah satu makanan khas Kabupaten Tuban.
Camilan unik tersebut bisa ditemukan di Dusun Trowulan, Bektiharjo, Semanding, Tuban, Jawa Timur.
Ampo ternyata cukup digemari oleh wisatawan lokal maupun asing.
Kabarnya, hanya ada satu keluarga saja yang memproduksi ampo, yakni keluarga Rasimah.
Menurut Sarpik, salah satu anak Rasimah, pembuatan ampo ini sudah berlangsung lama dan turun-temurun.
Jika dihitung berdasarkan tahun mungkin Ampo sudah dibuat sudah sejak zaman penjajahan kolonial Belanda.
Pasalnya, pembuatan Ampo ini sudah turun temurun hingga lima generasi sampai sekarang.
"Sudah lama sekali, ini sudah lima generasi, saya yang kelima," ujar Sarpik
Alasan dirinya masih membuat ampo, lanjut Sarpik, adalah upaya untuk terus melestarikan usaha keluarga.
Sebab, di Kabupaten Tuban hanya dia seorang yang masih eksis memproduksi ampo.
"Sehari bisa menghasilkan 8-12 kilogram ampo, ada yang dijual di pasar dan disimpan di rumah untuk menyediakan yang mau beli," tutur Sarpik.
Baca juga: Kuliner Unik Ayam Goreng Gohyong Malaya, Jajanan Laris Manis di Jakarta Pusat
Para pembeli ampo, selain dari Tuban, juga dari luar kota Tuban, luar pulau Jawa, hingga dari luar negeri, semuanya untuk oleh-oleh.
"Harganya per kilo Rp 10 ribu. Orang luar negeri juga bawa ampo untuk oleh-oleh, sering wisatawan lokal atau luar negeri datang kesini untuk beli ampo," jelasnya.
Saat sudah ada di pedagang pasar, ia tak banyak mengetahui harganya.
Menurutnya, idealnya jika ampo bisa dijual dengan harga Rp 12-15 ribu di pasar.
Selain punya nilai jual secara ekonomi, Sarpik menyebut bahwa ampo diyakini bisa menyembuhkan penyakit, seperti panas dalam dan gatal-gatal.
"Iya, ampo bisa mengobati penyakit panas dalam dan gatal," bebernya.
Baca juga: Cicipi Kuliner Unik Durian Bakar di Medan, Harganya Mulai Rp 40 Ribuan
Untuk panas dalam, ampo yang sudah matang direndam air biasa di dalam gelas, setelah ampo hancur airnya lalu diminum.
Sedangkan jika untuk obat gatal-gatal, tanah liat yang belum terbentuk ampo bisa direndam dengan air, setelah tanah hancur baru airnya dipakai untuk mandi.
"Caranya seperti itu, untuk obat panas dalam dan gatal-gatal. Sudah teruji banyak yang sembuh, bahkan juga bisa untuk melancarkan pencernaan," ucap Sarpik.
Sarpik menjelaskan bahwa pembuatan ampo tidak sembarangan menggunakan tanah liat, melainkan harus tanah liat hitam.
Tanah liat ini dibentuk persegi empat agak memanjang dengan tangan, ada alat bantu palu dari kayu untuk menyesuaikan ukurannya.
Sesekali juga dibasahi dengan air yang sudah disediakan.
Setelah terbentuk, baru diserut dengan seseh (bambu tipis) agar menghasilkan ampo seperti bentuk kue astor dengan ukuran kecil.
Kemudian, untuk bisa jadi ampo siap makan, maka hasil serutan tadi dijemur 30 menit, setelah itu ditaruh di atas tungku dengan bara api kayu selama 30 menit.
Setelah ampo berwarna coklat kehitaman usai terkena pengasapan, barulah ampo siap makan.
Selain untuk camilan yang dihidangkan di atas meja, ampo juga bisa disajikan dengan kopi atau teh manis.
Baca juga: Kuliner Unik di Jakarta Selatan, Ada Nasi Bebek Dijual Pakai Mobil ; Berkonsep Siap Saji
Baca juga: Kuliner Unik Ayam Panggang Kampung 45 di Bogor, Cara Bakarnya Pakai Pedang
(TribunTravel.com/Mym)
Baca selengkapnya soal rekomendasi kuliner di sini.