10 Makanan Terekstrem di Dunia, Cobain Shirako Khas Jepang yang Terbuat dari Kantung Sperma Ikan Cod
TRIBUNTRAVEL.COM - Setiap negara memiliki makanan yang dianggap ekstrem oleh turis yang berkunjung.
Makanan ekstrem ini tak cuma memiliki penampilan yang aneh, tapi juga baunya yang menyengat.
Meski dianggap ekstrem, makanan ini cukup populer di kalangan penduduk lokal.
Dilansir TribunTravel dari laman roughguides, berikut 10 makanan terekstrem di dunia.
1. Shirako, Jepang
Baca juga: 8 Kuliner Ekstrem di Thailand, dari Ulat Sutera Goreng hingga Udang Menari
Shirako memiliki penampilan yang membuat kamu bergidik.
Makanan ekstrem di Jepang ini terbuat dari kantung sperma ikan cod, ikan angler dan ikan buntal.
Jika dilihat sekilas, bentuknya mirip seperti otak berukuran kecil.
Rasa shirako sendiri mirip seperti curtard manis.
Dikatakan jika camilan yang populer di Jepang ini memiliki banyak manfaat kesehatan.
2. Bola mata tuna, Jepang
Baca juga: Liburan ke Amerika Serikat, Verrell Bramasta Terjebak Salju di Tengah Cuaca yang Ekstrem
Makanan ekstrem lainnya yang membuat kamu harus berusaha keras untuk memakannya adalah bola mata tuna.
Mungkin terdengar aneh, tapi bola mata tuna di Jepang cukup populer.
Bola mata tuna yang berukuran besar ini biasanya dikukus dan dibumbui dengan bawang putih atau kecap.
3. Balut, Filipina
Baca juga: Gangguan Penerbangan Akibat Cuaca Ekstrem di Bali, dr Richard Lee Sebut Pengalaman Mengerikan
Wilayah Asia Tenggara, Filipina tak mau ketinggalan.
Filipina memiliki satu makanan ekstrem yang populer.
Namanya balut.
Balut terbuat dari telur bebek yang bagian dalamnya telah berisi embrio.
Telur bebek itu kemudian direbus hingga matang.
Untuk memberikan rasa pada balut, biasanya dihidangkan dengan garam, cabai dan cuka.
4. Tarantula goreng, Kamboja
Baca juga: Viral Video Jalan Setapak Kecil yang Ekstrem dengan Pemandangan Menakjubkan di Jogja
Wilayah Asia Tenggara lainnya yang memiliki makanan ekstrem adalah Kamboja.
Jika kamu jalan-jalan keliling kawasan Kamboja, kamu akan menemukan sejumlah pedagang kaki lima yang menjajakan tarantula goreng.
Asal muasal tarantula goreng di Kamboja ini memiliki kisah yang menyedihkan.
Tarantula ini mulai dikonsumsi oleh orang Kamboja di bawah rezim Khmer Merah.
Siapa sangka rasa tarantula yang enak menjadikannya populer hingga sekarang.
5. Sup telur semut putih, Laos
Baca juga: Foto-foto Serunya Liburan Valentino Rossi, Naik Wahana Ekstrem Bareng Pembalap Akademi VR46
Kawasan Asia Tenggara memang bisa dikatakan surganya makanan ekstrem.
Tak mau ketinggalan, Laos juga punya makanan ekstrem.
Namanya sup telur semut putih atau dikenal dengan Gaeng Kai Mot Daeng.
Gaeng Kai Mot Daeng menggabungkan telur semut dan sebagian embrio dari semut putih, ditambah beberapa bayi semut untuk menambah rasa asam.
6. Boshintang, Korea Selatan
Makanan ekstrem ini cukup populer di kalangan orang tua di Korea.
Boshintang terbuat dari daun bawang, dandelion, sejumlah rempah-rempah, dan daging anjing.
7. Airag, Mongolia
Di Mongolia, mereka membuat sejenis bir yang disebut airag (atau ayrag ) dengan mengambil susu kuda dan membiarkannya berfermentasi menjadi cairan bersoda, asam dan sedikit beralkohol.
Airag secara tradisional disajikan dingin dalam cangkir berbentuk mangkuk.
Orang Mongolia telah meminum airag selama berabad-abad.
8. Muktuk, Greenland
Makanan tradisional Inuit ini terbuat dari kulit ikan paus beku dan lemak.
Muktuk biasanya disajikan mentah atau diasamkan.
9. Salo, Ukraina
Banyak yang menganjurkan membiarkan lemak pada daging babi, tetapi Ukraina memutuskan untuk melangkah lebih jauh dan hanya memakan lemaknya saja.
Biasanya lemak babi dibuat menjadi lempengan, diasapi dan dibiarkan di ruang bawah tanah yang dingin selama setahun sebelum dengan roti gandum hitam.
Salo bisa dimakan mentah atau dimasak, dan orang Ukraina sangat menyukainya sehingga mereka bahkan mengadakan festival lemak babi untuk merayakannya.
10. Stargazy Pie, Inggris
Pai dengan ikan yang menatap langit: Stargazy Pie berasal dari Cornish village, Inggris , dan disajikan pada Malam Tom Bawcock (23 Desember).
Menurut legenda, pelaut abad keenam belas yang heroik ini mendayung pada suatu malam di bulan Desember dalam badai dan kembali dengan tangkapan yang cukup besar untuk memberi makan penduduk yang kelaparan.
Ambar Purwaningrum/TribunTravel