Menengok Jam Istiwa di Masjid Agung Surakarta, Jam Unik Penentu Waktu Shalat
TRIBUNTRAVEL.COM - Masjid Agung Surakarta dikenal sebagai satu di antara tempat wisata religi di Kota Solo, Jawa Tengah.
Masjid yang menjadi saksi penyebaran agama Islam di Kota Solo ini memiliki arsitektur bangunan yang unik.
Tak hanya bangunannya yang unik, traveler dapat menjumpai Jam Istiwa di area Masjid Agung Surakarta.
Baca juga: 4 Masjid Ikonik di Solo yang Cocok untuk Wisata Religi saat Ramadhan 2022
Jam Istiwa atau jam bencet ini berada di sebelah utara Kantor Tata Usaha Masjid Agung Surakarta.
Jam ini merupakan peninggalan Pakubuwono VIII pada tahun 1784 Jawa atau 1855 M.
Dari informasi yang didapat TribunTravel, Jam Istiwa ini menjadi penentu waktu shalat.
Jam Istimewa memanfaatkan bayangan paralel sinar matahari.
Petunjuk waktu berbentuk cekungan setengah silinder berbahan tembaga ini dilengkapi dengan garis-garis yang disertai angka 1-12.
Jam Istiwa dilengkapi dengan jarum yang posisinya dipasang secara horizontal mengarah ke Utara dan Selatan.
Maka bayang-bayang dari jarum tersebut mempunyai arah jatuh dan diartikan sebagai waktu tertentu.
Terutama menunjukkan angka 12 siang saat matahari tegak lurus dengan bumi saat waktu Dhuhur dikumandangkan.
Baca juga: Menelisik Wisata Religi dan Sejarah ke Makam Sunan Drajat, Tokoh Ulama Penyebar Islam di Lamongan
Baca juga: 4 Tempat Wisata Religi di Semarang, Kunjungi Masjid Bahtera Nabi Nuh yang Punya Desain Unik
Jam Istiwa di Masjid Agung Surakarta ini dijaga dengan kaca kotak yang melindunginya.
Mengingat banyak wisatawan atau jemaah yang tertarik untuk melihat jam unik tersebut.
Traveler yang penasaran dengan Jam Istiwa bisa langsung datang ke Masjid Agung Surakarta.
Masjid Agung Surakarta ini lokasinya cukup strategis dan mudah untuk dijangkau.
Lokasinya berada di sebelah utara Pasar Klewer dan di sebalah barat Alun-alun Utara Keraton Solo.
Tepatnya di Jalan Masjid Besar No 1, Pasar Kliwon, Kota Solo, Jawa Tengah.
Desain Unik Masjid Agung Surakarta
Masjid Agung Surakarta dibangun pada masa pemerintahan Pakubuwono II dengan model mirip Masjid Demak.
Bangunan utama Masjid Agung Surakarta terdiri dari bangunan joglo dengan atap susun tiga yang melambangkan kesempurnaan hidup umat muslim meliputi Islam, Iman, dan Amal.
Bagian gerbang Masjid Agung Surakarta mengadopsi gaya Persia dengan dominasi cat putih, sementara area masjid didominasi warna biru.
Masuk ke dalam area Masjid Agung Surakarta, traveler bisa merasakan suasana khas Jawa kuno dengan interior pilar kayu dan dinding berhias huruf arab maupun aksara Jawa.
Di beberapa sudut dalam masjid juga dihias dengan lampu kristal yang membuatnya semakin mewah.
Masjid yang berdiri di lahan seluas 1 hektare ini mampu menampung 2.000 jemaah dan resmi menjadi cagar budaya sejak 2012.
Tonton juga:
Baca juga: Ngabuburit Seru di Taman Balekambang Solo, Tiket Masuknya Gratis
Baca juga: 7 Tempat Wisata di Tegal, Kunjungi Prabalintang dan Kawasan Guci yang Sempat Viral di Sosial Media
(TribunTravel.com/ Ratna)
Baca selengkapnya seputar Masjid Agung Surakarta, di sini.