
Ruhut Sitompul Unggah Meme Anies Baswedan Pakai Baju Adat Papua, Intip Fakta Unik Suku Dani
TRIBUNTRAVEL.COM - Media sosial baru-bau ini dihebohkan dengan cuitan cuitan advokat sekaligus politkus Ruhut Sitompul.
Beberapa waktu lalu melalui akun Twitter pribadinya @ruhutsitompul, ia mengunggah sebuah foto meme Anies Baswedan.
Unggahan tersebut menjadi sebuah permasalahan karena foto yang dipakai guyonan menunjukkan Anies Baswedan tengah mengenakan pakaian adat Papua atau tepatnya dari Suku Dani.
Lantaran dianggap menyinggung unsur SARA, Ruhut Sitompul kini dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas tuduhan rasisme.
Berbicara soal Suku Dani, masyarakatnya rupanya merupakan suku asli yang bermukim di Papua sejak ratusan tahun silam.
Nama Suku Dani sendiri berasal dari kata dalam bahasa Moni berupa 'ndani' yang berarti sebelah timur matahari terbit.
Sebagai suku asli Papua, Suku Dani dikenal menghuni kawasan Lembah Baliem yang ada di Pegunungan Tenga, Jayawijaya, dan beberapa daerah Puncak Jaya.
Sementara itu Suku Moni bertempat tinggal di pegunungan sebelah barat Lembah Baliem.
Sehingga kata Ndani ini menjadi sbeutan bagi sekelompok orang atau masyarakat yang tinggal di sebelah timur wilayah mereka.
Menurut catatan sejarah yang dikutip dari TribunPapua, Suku Dani konon termasuk di antara 9 suku tertua yang ada di Indonesia.
Baca juga: Lion Air Resmi Layani Penerbangan Tujuan Biak Papua, Terbang Langsung dari Makassar dan Jayapura
Baca juga: 7 Tempat Wisata di Raja Ampat, Ada Kepulauan Wayag dengan Pesona Bahari yang Ikonik
Masyarakat Suku Dani meyakini bahwa mereka berasal dari sepasang suami istri yang tinggal di danau di sebuah desa bernama Maina di lembah Baliem.
Terdapat tiga macam sub keluarga yang dikelompokkan dalam masyarakat adat Suku Dani.
Di antaranya yaitu sub keluarga Wano yang mendiami wilayah Bokondini, sub keluarga Dani Pusat di lembah besar Dugawa, serta sub keluarga Nggalik dan Ndash.
Meski tahun sudah menunjukkan angka ke 2022, Suku Dani hingga sekarang masih tak tersentuh arus modern.
Hal tersebut lantaran Suku Dani menjaga adat tradisi dan menganut ajaran dari nenek moyang mereka terdahulu.
TONTON JUGA:
Baca juga: Bermain Air Sembari Menikmati Senja di Pantai Harlem, Surga Tersembunyi di Tanah Papua
Baca juga: Foto di Depan Stadion Lukas EnembePapua, Sri Mulyani Bergaya Ala Cover Album The Beatles Abbey Road
Keunikan dan ciri khas Suku Dani terlatak pada penggunaan pakaian adat mereka yang berupa koteka atau holim.
Sebagaimana diketahui, koteka atau holim berfungsi sebagai pakaian masyaraka Suku Dani yang digunakan untuk menutupi alat vital mereka.
Koteka milik Suku Dani ini terbilang unik jika dilihat dari pakaian para pria yang menggunakannya tanpa baju dan alas kaki.
Kemudian pada bagian kepala, masyarakat Suku Dani terkenal dengan penggunaan aksesoris yang terbuat dari bulu burung.
Selain unik koteka yang dikenakan oleh Suku Dani rupanya bertujuan untuk menunjukkan makna-makna atau simbol tertentu.
Misalnya, jika koteka yang digunakan tegak lurus, maka pakaian itu mengindikasikan bahwa pemakainya merupakan laki-laki yang masih perjaka.
Kemudian jika kotekanya tampak miring ke kanan, hal itu menandakan bahwa si pemakai memiliki status sosial yang tinggi.
Sementara itu jika koteka justru miring ke kiri, maka melambangkan pria dewasa golongan menengah dan merupakan keturunan panglima perang.
Menariknya lagi, koteka Suku Dani juga memiliki ukuran yang berbeda-beda.

Jika kamu melihat koteka dengan ukuran yang cukup besar dan panjang, maka pakaian adat tersebut dikenakan oleh kepala suku.
Selain koteka, keunikan Suku Dani juga dapat dilihat pada rumah adatnya yang dikenal dengan nama Honai atau Onai.
Menurut Fangnania T. Rumthe dalam buku Rumah Bundar (2018), jika dilihat dari unsur bahasa daerah, maka memiliki arti rumah yang bentuk bangunannya terinspirasi dari alam sekitar.
Rumah honai ala Suku Dani ini cukup terkenal karena menjadi warisan budaya yang masih dilestarikan hingga kini.
Tak hanya itu, bentuknya juga cukup unik dengan dinding yang dibentuk bundar dan dibuat dengan bahan baku dari alam.
Dinding Honai terbuat dari papan dengan kedua ujung runcing seperti tombak yang disebut papan cincang.

Papan-papan tersebut tidak disatukan dengan paku melainkan menggunakan rotan yang diambil langsung dari alam.
Agar tetap kokoh berdiri, honai biasanya diberi balok kayu di tengah ruangan untuk menyangga atap agar tak goyah.
Kemudian untuk atapnya sendiri, honai ditutup dengan kayu buah atau dari alang-alang.
Sementara untuk alas tempat tidur di dalam Honai, digunakan lokop atau pinde yang bentuknya menyerupai bambu kecil.
Selain sebagai tempat tinggal, Honai juga digunakan sebagai tempat menyimpan simbol adat maupun alat perang.
Honai juga kerap dimanfaatkan sebagai balai pertemuan pada sejumlah aktivitas sosial seperti membahas strategi perang, atau ruang pendidikan bagi masyarakat sekitar.
Tak hanya itu, masyarakat Suku Dani juga menggunakan Honai sebagai lumbung atau tempat untuk menyimpan hasil pertanian.
Baca juga: Jelajah Pulau Keakwa, Pesisir Indah di Papua yang Simpan Berbagai Peninggalan PD II
Baca juga: Cerita Mama Papua Diberi Jokowi Rp 1 Juta saat Beli 2 Noken
(TribunTravel/Zed)
Baca selengkapnya soal Papua di sini.
