Coffee Shop Unik Jual Kopi Berusia 22 Tahun, Harganya Capai Rp 13 Juta

TRIBUNTRAVEL.COM - The Munch, sebuah kedai kopi kecil di Osaka, Jepang memiliki menu yang cukup menakjubkan.

Bagaimana tidak, kedai kopi tersebut mungkin menjadi satu-satunya tempat di dunia untuk menikmati secangkir kopi berusia 22 tahun yang baru diseduh.

Itupun jika kamu mampu membelinya, sebab secangkir kopi ini dibanderol dengan harga mencapai Rp 13 juta.

Maka tak heran jika kopi berusia 22 tahun buatan The Munch dianggap sebagai salah satu yang termahal di dunia.

Baca juga: Kedai Kopi Ini Ajak Pelanggan Rasakan Nikmatnya Ngopi Digital di Metaverse

Melansir laman Oddity Central, Rabu (18/5/2022), penemuan menu kopi eksklusif The Munch dimulai beberapa dekade yang lalu.

Menariknya, itu semua karena kesalahan sang pemilik.

Ilustrasi kopi
Ilustrasi kopi (Gambar oleh Myriams-Fotos dari Pixabay)

Kanji Tanaka, pemilik dan satu-satunya karyawan The Munch, terbiasa dengan jenis es kopi di kulkas sehingga dia bisa langsung menyajikannya kepada pelanggan.

Namun, ada satu momen di mana Tanaka melupakan setumpuk kopi di kulkas hingga lebih dari setengah tahun lamanya.

Tanaka tentu saja tidak mungkin menyajikan kopi tersebut kepada pelanggan.

Baca juga: Viral Warung Kopi Berkonsep Horor di Surabaya, Dihiasi Ornamen Berbau Mistis

Sebelum dibuang, ia memutuskan untuk mencicipi dan melihat bagaimana rasanya.

Mengejutkannya, kopi yang terlupakan itu masih enak dan memiliki rasa yang istimewa.

Saat menemukan bahwa kopinya yang berumur beberapa bulan masih bisa diminum, gentong kayu kecil sangat populer di Jepang.

Ilustrasi biji kopi.
Ilustrasi biji kopi. (Flickr/ olle svensson)

Gentong kayu diiklankan sebagai cara yang bagus untuk membuat alkohol murah terasa lebih enak.

Tanaka pun penasaran bagaimana hasilnya jika gentong kayu tersebut digunakan untuk menyimpan kopi.

Ia kemudian menaruh kopi yang terlupakan di kulkas ke dalam gentong dan membiarkannya menua selama 10 tahun.

Ketika Tanaka mencicipinya satu dekade kemudian, kopi itu menjadi manis hampir seperti sirup.

Baca juga: Kopi Kenangan Rilis Produk Siap Minum, Rasa Avocuddle Banyak Diincar

Jadi, Tanaka mulai menggunakan biji kopi mentah berusia 20 tahun, memanggangnya sendiri, menggilingnya dan akhirnya menyeduh kopi vintage miliknya yang sekarang terkenal menggunakan sistem Nel Drip, mirip dengan pourover dripper atau Chemex.

Pada dasarnya, dia memasukkan bubuk kopi ke dalam saringan dan menuangkan air panas di atasnya.

Hanya saja dia yang punya caranya sendiri dalam melakukan praktik tersebut.

Pemilik The Munch menuangkan air pekarangan sangat lambat, bahkan dibutuhkan waktu 30 menit untuk tetes pertama cairan jatuh ke wadah di bawah filter.

Dia mengklaim bahwa dengan cara ini, kopi dapat dikukus hingga mengeluarkan aroma dan rasa manisnya sekaligus menghilangkan sebagian dari rasa pahitnya.

Baca juga: Mencicipi Secangkir Kopi di Daily Dose Coffee, Banyak Varian Baru yang Menarik Dicoba

Minuman tersebut kemudian disimpan dalam getong kayu kecil yang telah digunakan Tanaka selama beberapa dekade.

Kopi vintage disajikan langsung dari tong kayu ini, melalui keran yang tergabung, dan dituangkan ke dalam cangkir Miessen yang unik.

Beberapa orang yang pernah mencicipi mengatakan, kopinya benar-benar gelap, manis, dan cokelat.

Bahkan, seseorang mengatakan bahwa rasanya sama dengan anggur pencuci mulut.

Sayangnya, harga yang terlalu mahal membuat kopi ini tak dapat dinikmati oleh seluruh kalangan.

Kendati demikian, Kanji Tanaka juga menyediakan berbagai macam kopi yang lebih terjangkau dengan harga kisaran Rp 140 ribu - Rp 292 ribu.

Terlihat dari sejumlah ulasan, kopi-kopi yang disajikan The Munch cukup enak.

Baca juga: Heboh FamilyMart Berhenti Jual Kopi Susu Keluarga, Penyebabnya Masih Misteri

Baca juga: 5 Kafe Kopi di Jogja Utara Buat Nongkrong Santai Bareng Sahabat, Mampir ke Rajati Coffee

(TribunTravel.com/mym)

Baca selengkapnya soal artikel kuliner viral di sini.

Temukan solusi untuk kebutuhan transportasi, pengiriman barang, layanan pesan antar makanan, dan yang lainnya di sini.

SHARE : share facebook share twitter share linkedin