Pertama Kali Setelah 100 Tahun, Peneliti Temukan Spesies Teratai Baru yang Terbesar di Dunia
TRIBUNTRAVEL.COM - Para peneliti di Inggris telah menemukan spesies teratai baru di Royal Botanic Gardens London, Kew.
Menariknya, penemuan spesies teratai baru ini menjadi yang pertama dalam lebih dari 100 tahun.
Penemuan speses teratai baru tersebut kemudian diterbitkan dalam sebuah jurnal Frontiers in Plant Science pada Senin (4/7/2022).
Victoria boliviana, nama resmi spesies teratai baru yang ditemukan, telah berada di Herbarium Kew selama 177 tahun.
Baca juga: Peneliti Temukan Kembali Benua yang Hilang 40 Juta Tahun Lalu, di Sini Lokasinya
Sebelumnya spesies itu diyakini sebagai victoria amazonica, yang dinamai untuk menghormati Ratu Victoria pada tahun 1837.
Melansir Insider, Selasa (5/7/2022), victoria boliviana berasal dari Bolivia.
Spesis ini memiliki daun sepanjang 3 meter, menjadikannya spesies teratai terbesar di dunia.
&;Dalam menghadapi laju hilangnya keanekaragaman hayati yang cepat, menggambarkan spesies baru adalah tugas yang sangat penting," kata Natalia Przelomska, seorang ahli keanekaragaman hayati.
"Kami berharap kerangka kerja multidisiplin kami dapat menginspirasi peneliti lain yang mencari pendekatan untuk mengidentifikasi spesies baru dengan cepat dan kuat,&; tambahnya.
Baca juga: Fakta Unik Al Naslaa, Batu Terbelah Sempurna di Arab Saudi yang Asal Usulnya Bingungkan Peneliti
Sebuah tim peneliti telah telah lama percaya bahwa teratai raksasa di Herbarium Kew adalah spesies yang berbeda dari dua lainnya.
Tim itu dipimpin oleh Carlos Magdalena, ahli hortikultura penelitian ilmiah dan botani Kew, Lucy Smith, seorang seniman botani Kew, dan Przelomska.
Pada tahun 2016, Magdalena menumbuhkan benih teratai dari spesies ketiga yang dicurigai, yang disumbangkan dari lembaga Bolivia, Santa Cruz de La Sierra Botanic Garden dan La Rinconada Gardens.
Dia kemudian membandingkan pertumbuhan mereka dengan benih dari dua spesies lainnya.
&;Sejak saya pertama kali melihat gambar tanaman ini secara online pada tahun 2006, saya yakin itu adalah spesies baru," kata Magdalena dalam rilis berita.
"Jelas bagi saya bahwa tanaman ini memang tidak cukup sesuai dengan deskripsi salah satu spesies Victoria yang diketahui dan oleh karena itu harus menjadi yang ketiga," imbhunya.
Baca juga: Kejutkan Dunia Arkeologi, Tim Peneliti Temukan Mumi Mesir Kuno yang Terbungkus Lumpur
Megdalena melanjutkan, ia telah meneliti setiap gambar teratai Victoria liar melalui internet selama hampir dua dekade.
Ilmuwan Kew juga mempelajari DNA spesies dan mendeteksi perbedaan genetik antara Victoria boliviana, Victoria amazonica, dan Victoria cruziana.
Penulis makalah memilih nama Victoria boliviana untuk menghormati Bolivia, di mana spesies itu tumbuh pada ekosistem perairan Llanos de Moxos.
Pertama Kalinya, Astronot NASA Berhasil Panen Cabai di Stasiun Luar Angkasa
Pada Oktober 2021 lalu, astronot Nasa berhasil memanen cabai di Stasiun Luar Angkasa.
Hasil ini merupakan panen cabai pertama astronot NASA dan menjadi perkenalan bentuk kehidupan baru di luar angkasa.
Dilansir dari Foxnews.com, benih cabai Hatch tersebut tiba di stasiun luar angkasa pada misi pasokan SpaceX bulan Juni dan segera ditanam oleh astronot NASA Shane Kimbrough.
Baca juga: Para Peneliti Sebut Misteri Petir Terbalik Mungkin Bukan Fenomena Aneh, Mengapa Demikian?
"Akhirnya, saya membuat taco luar angkasa terbaik saya, daging sapi fajita, tomat ; artichoke yang direhidrasi, dan hatch chile," isi tweet astronot Megan McArthur.
Para astronot memiliki akses ke berbagai macam makanan beku-kering dan makanan kemasan yang secara teratur dipasok kembali.
Tetapi mempelajari cara menanam produk segar jutaan mil dari bumi akan menjadi kunci untuk misi yang lebih lama.
"Tantangannya adalah kemampuan untuk memberi makan kru di orbit rendah Bumi, dan kemudian menopang penjelajah selama misi masa depan di luar orbit rendah Bumi ke tujuan termasuk bulan, sebagai bagian dari program Artemis, dan akhirnya ke Mars," ungkap Matt Romeyn, peneliti utama untuk eksperimen Plant Habitat-04 NASA.
"Kami terbatas pada tanaman yang tidak memerlukan penyimpanan, atau pemrosesan yang ekstensif," lanjutnya.
Menanam tanaman seperti cabai mungkin tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan fisik astronot, tetapi juga kesehatan psikologis mereka, menurut Romeyn.
Astronot NASA menanam benih cabai Hatch di Advanced Plant Habitat, ruang pertumbuhan yang dilengkapi dengan lebih dari 180 sensor dan lampu LED yang dikendalikan oleh kru di Kennedy Space Center.
Ruang serupa yang dikenal sebagai Sistem Produksi Sayuran telah menanam tanaman selama sekitar enam tahun, termasuk selada, kubis, kangkung, dan bunga zinnia.
Sebuah tim di Kennedy Space Center menanam sekelompok cabai dalam kondisi yang hampir sama di bumi untuk melihat apakah gaya berat mikro dan faktor-faktor lain di luar angkasa mempengaruhi pertumbuhan cabai Hatch.
"Kepedasan cabai ditentukan oleh kondisi pertumbuhan lingkungan," jelas LaShelle Spencer, ketua tim sains proyek PH-04.
"Kombinasi gaya berat mikro, kualitas cahaya, suhu, dan kelembapan zona akar semuanya akan memengaruhi rasa, jadi akan menarik untuk mengetahui bagaimana buah akan tumbuh, matang, dan rasanya," pungkasnya.
Baca juga: Peneliti Beri Bukti Tentang Gurun Sahara yang Pernah Jadi Daratan Hijau Subur
(TribunTravel.com/Mym)
Baca selengkapnya soal artikel viral di sini.