Macau Perpanjang Masa Penguncian, Tutup Semua Kasino dan Berbagai Sektor Bisnis

TRIBUNTRAVEL.COM - Macau merupakan sebuah negara yang memiliki letak tak jauh dari ibu kota Hong Kong.

Sebagaimana diketahui, Macau menjadi satu di antara destinasi favorit para traveler.

Macau kembali lockdown negaranya dengan menutup kasino dan sejumlah sektor bisnis hingga Jumat (22/7/2022).
Macau kembali lockdown negaranya dengan menutup kasino dan sejumlah sektor bisnis hingga Jumat (22/7/2022). (Flickr/Joel Bez)

Bukan tanpa alasan, hal ini lantaran Macau memang digadang-gadang sebagai pusat hiburan terlengkap di Asia timur.

Maka wajar rasanya jika banyak wisatawan mancanegara kerap kali memilih Macau sebagai destinasi wajib yang setidaknya harus dikunjungi sekali seumur hidup.

Baca juga: Kabar Gembira! Shanghai Berencana Akhiri Lockdown pada Juni 2022 Mendatang

Meski begitu populer dengan hingar-bingarnya, kondisi Macau rupanya sedikit berbeda sejak pandemi Covid-19.

Sabagaimana saat ini, neraga tersebut dikabarkan akan sepi kembali karena akan memperpanjang penguncian alias lockdown hingga Jumat (22/7/2022).

TONTON JUGA:

Melansir laman Channel News Asia, Sabtu (16/7/2022), upaya lockdown Macau tersebut rupanya juga diberlakukan pada kasino dan pusat bisnis lainnya.

Hal ini sengaja dilakukan pemerintah setempat dengan tujuan menekan penyebaran Covid-19 pada negara yang dikenal sebagai pusat perjudian dunia.

Sementara itu, lockdown di wilayah administrasi khusus China sendiri dikabarkan akan berakhir pada Senin (18/7/2022).

Tapi di sisi lain Macau baru memberlakukan lockdown pada Senin lalu, termasuk menutup mesin ekonomi kota, seperti kasino dan lain-lain.

Pemerintah juga telah melarang penduduk meninggalkan apartemen mereka.

Namun terdapat pengecualian untuk kegiatan penting, seperti berbelanja bahan makanan.

Menurut laporan, Macau sendiri telah mencatat sekitar 1.700 infeksi virus corona sejak pertengahan Juni.

Lebih dari 20.000 orang berada dalam karantina wajib karena pemerintah mematuhi kebijakan nol-Covid China.

Macau kembali lockdown negaranya dengan menutup kasino dan sejumlah sektor bisnis hingga Jumat (22/7/2022).
Macau kembali lockdown negaranya dengan menutup kasino dan sejumlah sektor bisnis hingga Jumat (22/7/2022). (Flickr/Kenny Teo)

Adanya kebijakan itu bertujuan untuk membasmi semua wabah, bertentangan dengan tren global yang mencoba hidup berdampingan dengan virus.

Lebih dari 90 persen dari 600.000 penduduk Macau telah divaksinasi penuh terhadap Covid-19.

Tetapi ini adalah pertama kalinya kota itu harus bergulat dengan varian Omicron yang menyebar cepat.

Di sisi lain, Macau hanya memiliki satu rumah sakit umum untuk lebih dari 600.000 penduduknya, dan sistem medisnya sudah diperluas sebelum wabah virus corona.

Pihak berwenang telah mendirikan rumah sakit darurat di sebuah kubah olahraga di dekat jalur Cotai bergaya Las Vegas di kota itu.

Rumah sakit tersebut kabarnya telah memiliki sekitar 600 pekerja medis dari China daratan yang membantu mereka.

Di negara tetangga Hong Kong, pihak berwenang mulai melonggarkan pembatasan virus corona

Bahkan, ketika kasus harian mencapai 3.000, dalam dorongan untuk memulai kembali pusat keuangan dan ekonominya.

Baca juga: CDC Imbau Turis untuk Hindari Liburan ke Hong Kong, Thailand ; Selandia Baru, Kenapa?

Baca juga: 5 Tempat Wisata di Hong Kong yang Menarik untuk Dikunjungi, Ada Museum Seni Kelas Dunia

Warga Shanghai Rayakan Pencabutan Aturan setelah Lockdown Selama 2 Bulan

Pejalan kaki berjalan di distrik Huangpu, Shanghai pada 1 Juni 2022, menyusul pelonggaran pembatasan Covid-19 di kota itu setelah dikunci selama dua bulan
Pejalan kaki berjalan di distrik Huangpu, Shanghai pada 1 Juni 2022, menyusul pelonggaran pembatasan Covid-19 di kota itu setelah dikunci selama dua bulan (Hector RETAMAL / AFP)

Setelah mengalami penguncian (lockdown) selama 2 bulan, Shanghai akhirnya dibuka kembali.

Pemerintah China telah mencabut aturan penguncian untuk seluruh kawasan di Kota Shanghai.

Dicabutnya lockdown ini disambut baik oleh warga Shanghai.

Kota terbesar di China itu merayakan dengan 'ledakan' kehidupan yang telah lama ditunggu-tunggu, Rabu (1/6/2022).

Gedung pencakar langit menyala, jalan dipenuhi kendaraan, dan orang-orang minum dan menari di jalanan saat kembang api meledak di atas kepala.

Bagi Henry Shi, seorang fotografer berusia 30 tahun yang keluar dari kompleks perumahannya pada Selasa sore, hal pertama yang mengejutkannya adalah kebisingan sekitar kota.

"Kota (sebelumnya) menjadi sangat sunyi karena semua orang tinggal di rumah," kata Henry Shi seperti dikutip CNN.

"Sekarang, suara-suara itu kembali, dari mobil yang menderu di jalanan dan orang-orang yang sibuk, rasanya seperti saya terbangun dari tidur panjang," lanjutnya.

Baca juga: Kisah Bandara Kai Tak Hong Kong, Terpaksa Tutup Lantaran Terlalu Berbahaya

Video yang diunggah di media sosial menunjukkan suasana saat tengah malam mendekat di Shanghai.

Pengendara mobil membunyikan klakson, pejalan kaki bernyanyi dalam perayaan, dan pagar yang sebelumnya digunakan untuk membatasi penduduk ditarik dari gerbang dan jalan.

Pada Rabu pagi, sebagian besar dari 25 juta penduduk kota bebas meninggalkan kompleks perumahan mereka, toko-toko dan gedung perkantoran dapat dibuka kembali, mobil kembali ke jalanan, dan kereta bawah tanah dan bus melanjutkan layanan.

Tetapi bagi sebagian orang, ada rasa pahit, kesedihan, dan kemarahan yang tersisa setelah mengalami penderitaan dan rasa sakit karena penegakan kebijakan nol-Covid pemerintah yang ketat.

Lockdown yang kacau menyebabkan kekurangan makanan yang meluas dan menunda perawatan medis untuk pasien darurat.

Anak-anak kecil dipisahkan dari orang tua mereka di karantina.

Penduduk, termasuk orang tua, dipaksa masuk ke fasilitas isolasi darurat sederhana dan diminta menyerahkan kunci mereka agar rumah mereka didesinfeksi.

Tindakan kejam itu memicu gelombang demi gelombang protes, mengikis kepercayaan publik terhadap pemerintah Shanghai.

"Drama konyol telah berakhir dan tidak ada yang maju untuk menjelaskan, tidak ada yang meminta maaf atas kehidupan yang dihina, dilukai, dan hilang, dan tidak ada yang dimintai pertanggungjawaban," tulis seorang warga Shanghai dalam unggahan yang dibagikan secara luas di WeChat.

"Udang karang kembali, bir kembali, tetapi rasa aman hilang," kata unggahan itu, yang kemudian disensor.

Seperti diketahui, pembatasan tersebut menjungkirbalikkan bisnis di hampir setiap sektor dan membuat ekonomi kota terhenti.

Banyak bisnis terpaksa menangguhkan produksi sementara, beberapa bisnis bahkan mungkin tidak pulih.

Sementara lockdown sebagian besar telah dicabut, beberapa pembatasan Covid-19 tetap menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Beberapa tempat umum dan transportasi masih memerlukan tes Covid-19 negatif yang diambil dalam waktu 72 jam, dan antrean panjang terbentuk di lokasi tes di luar kompleks perumahan sepanjang Rabu.

Pemerintah China telah mengangkat Wuhan sebagai kisah sukses dalam penanganan pandemi, dengan media pemerintah merayakan lockdown-nya sebagai kemenangan "heroik" atas virus tersebut.

Di Shanghai, narasi resmi jauh lebih tenang.

Para pejabat bahkan menolak untuk mengakui lockdown pernah diberlakukan, alih-alih menyebutnya "mode manajemen statis."

Dalam sebuah instruksi yang diedarkan secara luas secara online pada hari Selasa, otoritas Shanghai memerintahkan organisasi media untuk menghindari penggunaan frasa "mencabut lockdown".

"Situasi di Shanghai berbeda dari Wuhan karena (kami) tidak pernah mengumumkan 'lockdown', jadi tidak ada 'pencabutan penguncian' untuk dibicarakan," kata pemberitahuan itu.

"Manajemen statis seluruh area Shanghai hanya menekan tombol jeda, di mana fungsi inti kota masih berjalan."

Pada hari Rabu, media pemerintah menghindari semua penyebutan kata lockdown.

Di Weibo, tagar seperti "Shanghai kembali" dan "Lama tidak bertemu Shanghai" yang dibuat oleh media pemerintah menarik ratusan juta tampilan, tetapi tidak satupun dari mereka yang masuk ke dalam 10 topik trending teratas.

Baca juga: Viral Fenomena Aneh di Langit China, Secara Misterius Berbuah Warna jadi Merah Darah

Baca juga: Lockdown Paling Ketat di Dunia: Polisi China Bangun Pagar Buat Batasi Pergerakan Warga Shanghai

(TribunTravel/Zed)

Baca selengkapnya soal Lockdown di sini.

Temukan solusi untuk kebutuhan transportasi, pengiriman barang, layanan pesan antar makanan, dan yang lainnya di sini.

SHARE : share facebook share twitter share linkedin