Menelik Tekesi, Kota di China yang Punya Tata Letak Unik dan Tanpa Lampu Lalu Lintas
TRIBUNTRAVEL.COM - Tekesi, sebuah wilayah di China, sukses menarik perhatian dunia berkat tata letaknya yang menakjubkan.
Bagaimana tidak, Tekesi memiliki tata letak unik dengan konsep Bagua atau Pa Kua yang merupakan delapan trigram dalam kosmologi China kuno.
Berkat tata letaknya yang berbentuk Bagua, wilayah Tekesi sangat indah dipandang dari ketinggian.
Terlebih saat malam hari, lampu-lampu perkotaan yang gemerlap semakin menambah keindahan wilayah yang terletak di dalam Otonomi Uyghur Xinjiang ini.
Baca juga: Kota di Amerika Ini Mengalami Kebakaran Selama 60 Tahun
Melansir Oddity Central, Kamis (21/7/2022), Bagua mewakili prinsip-prinsip dasar realitas, dilihat sebagai rentang delapan konsep yang saling terkait.
Simbol ini adalah konsep kosmologi Tao yang kompleks dan memiliki korespondensi dalam astronomi, geografi, anatomi, seni bela diri, kedokteran serta disiplin ilmu lainnya.
Bagua juga merupakan alat penting di sebagian besar sekolah Feng Shui.
Umumnya Bagua digunakan untuk memetakan ruangan atau lokasi dan melihat bagaimana bagian sesuai dengan aspek yang berbeda dalam kehidupan seseorang.
Bisa dibilang dalam kehidupan masyarakat China, Bagua memang kerap kali digunakan sebagai pedoman ataupun dasar.
Namun, ada satu penggunaan Bagua yang sangat jarang terjadi, yakni dalam perencanaan kota.
Hal itulah yang diterapkan oleh Tekesi, sebuah kota berpenduduk 150.000 orang di walayah China Barat Laut.
Tekesi didirikan pada tahun 1937 dan dengan cepat menjadi terkenal karena tata letaknya yang unik.
Pusat kota Tekesi seakan memancar ke 8 jalan dan dihubungkan oleh 4 jalan lingkar yang membentang dari pusat hingga tepi kota.
Baca juga: Kota di Italia Larang Wisatawan Pakai Baju Renang saat Liburan, Mengapa Demikian?
Dengan fotografi udara dan bahkan wisata udara yang semakin populer dalam beberapa tahun terakhir, Tekesi menjadi sangat populer di kalangan wisatawan.
Wisatawan biasanya pertama kali mempelajari tata letaknya yang unik secara online dan kemudian melakukan perjalanan ke sana untuk melihatnya secara langsung.
Sejak 2014, pemerintah setempat telah menawarkan tur udara ke kota tersebut.
Keempat jalan lingkar utama di Tekesi menghubungkan total 64 jalan, yang masing-masing memiliki lampu jalan dengan warna berbeda, menambah daya tarik visualnya.
Selain tata letaknya yang memukau, Tekesi juga terkenal dengan minimnya lampu lalu lintas.
Menurut sebagian besar sumber, mereka semua dihapus pada tahun 1996 karena tidak diperlukan sama sekali.
Dengan sebagian besar pusat kota Cina tidak dapat berfungsi tanpa lampu lalu lintas, Tekesi menjadi wilayah yang sedikit aneh namun menarik.
Sebagian besar orang tentu akan memuji tata letak Tekesi yang cerdik sehingga mampu membuat lampu lalu lintas tak diperlukan.
Namun, menurut laporan CCTV terbaru, petugas polisi lalu lintas hampir selalu hadir di persimpangan untuk memastikan lalu lintas berjalan lancar.
Hal itu disebabkan oleh meningkatnya jumlah kendaraan pribadi di Tekesi telah membebani infrastruktur lokal.
Baca juga: Bern dan 6 Kota Tercantik di Swiss yang Wajib Dikunjungi saat Liburan
Craco, Kota Hantu di Italia yang Laris Jadi Lokasi Syuting Film Hollywood
Sebuah kota terbengkalai di Italia, Craco, menjadi destinasi menakjubkan yang bisa dikunjungi.
Berjuluk 'kota hantu', reruntuhan indah Craco sangat sarat akan sejarah.
Melansir Mirror, Kamis (14/7/2022), Craco ditinggalkan pada abah ke-20 setelah serangkaian bencana alam yang melanda.
Mulai dari tanah longsor, bencana sektor pertanian, banjir hingga gempa bumi.
Sekira 40 tahun yang lalu, penduduk setempat akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Craco.
Kini, para wisatawan dapat melihat dan menjelajahi reruntuhan indah Craco yang bersejarah.
Craco sangat identik dengan bangunan-bangunan dari batu bata cokelat yang menumpuk di sisi lereng sebuah bukit.
Pada masa kejayaannya di abad ke-12 dan ke-13, Craco adalah rumah bagi sekira 2.500 penduduk.
Di tahun-tahun berikutnya, permukiman Matera menjadi buah bibir untuk masalah perselisihan.
Selama 1656, wabah melanda, dengan ratusan meninggal dan jumlah keluarga di kota berkurang secara besar-besaran.
Baca juga: Mengenal Kota Irpin, Lokasi Presiden Jokowi Blusukan di Ukraina
Setelah beberapa ratus tahun perselisihan sipil, kehidupan di kota menjadi tenang.
Hanya saja populasi Craco merosot ketika banyak yang pergi ke Amerika Utara karena khawatir akan bencana kelaparan dan kehancuran.
Ancaman tanah longsor, banjir, dan gempa bumi pada tahun 1980 membersihkan beberapa penduduk terakhir yang tersisa dari kota.
Kini, berkat kerja tim konservasionis yang berdedikasi, sejarah dan bangunan Craco terpelihara dengan baik.
Menariknya, kota reruntuhan tersebut dapat dikunjungi dengan didampingi pemandu lokal.
Keagungan Craco baru-baru ini jua menjadi buah bibir setelah didokumentasikan oleh videografer Belanda Roman Robroek dan Sven van der Wal.
Mereka membagikan rekaman drone yang menunjukkan kemegahan Craco melalui saluran Youtube Boys with Drones.
"Titik yang menguntungkan membuat pemandangan yang sangat menakjubkan dan berseni," kata Roman.
"Kota ini memiliki banyak ikatan dengan lingkungannya dan estetika lingkungan setempat. Inilah yang membuatnya indah. Tetapi pada akhirnya, juga yang menyebabkan kematiannya!" imbuhnya.
Para videografer Belanda bukan satu-satunya yang menyadari bahwa Craco adalah sesuatu yang istimewa.
Kota ini telah tampil dalam belasan film Hollywood selama bertahun-tahun.
Sebut saja film James Bond rilisan 2008, Quantum of Solace, yang menggunakan gedung-gedungnya untuk adegan kejar-kejaran.
Kemudian ada film kontroversial tahun 2004 Mel Gibson, The Passion Of The Christ, yang menggunakan Craco sebagai latar belakang untuk adegan bunuh diri Yudas.
Baca juga: Daftar 10 Kota Berbiaya Termahal di Dunia, Asia Mendominasi
(TribunTravel.com)
Baca selengkapnya soal artikel viral di sini.