Fakta Unik Sekaten, Warisan Budaya Kota Solo yang Bertabur Tradisi Sejarah
TRIBUNTRAVEL.COM - Setelah 2 tahun vakum, Sekaten akhirnya kembali digelar.
Sekaten merupakan salah satu aset budaya yang masih terus dirayakan dan dilestarikan oleh masyarakat Solo.
Perayaan Sekaten digelar oleh Keraton Surakarta tiap bulan Rabiul Awal, tepatnya pada tanggal 6 hingga 12 untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Hingga kini, Keraton Surakarta masih melaksanakan prosesi lengkap untuk tradisi Sekaten.
Baca juga: Peran Pura Mangkunegaran Solo Sebagai Pusat Kesenian Jawa, Sukses Lestarikan Karya Raden Mas Said
Lantas, ada prosesi apa saja ya?
Melansir akun Instagram @pemko_tsolo, Jumat (23/9/2022), sebelum melaksanakan upacara adat termasuk Sekaten, Keraton Surakarta akan melangsungkan wilujengan atau slametan.
Setelah itu, Keraton Surakarta menggelar prosesi Miyos Gongso.
Miyos Gongso ialah proses di mana gamelan yang disimpan di dalam Keraton Surakarta akan di bawa ke halaman Masjid Agung untuk dibunyikan selama 7 hari 7 malam.
Proses terakhir yang juga merupakan puncak acara adalah grebeg maulid atau gunungan.
Gunungan yang berisi hasil bumi ini di kirab dari Keraton Surakarta menuju halaman Masjid Agung.
Setibanya di Masjid Agung, gunungan akan didoakan dan diperebutkan oleh masyarakat.
Selain itu, pihak Keraton Surakarta juga menggelar pasar rakyat selama 1 bulan penuh untuk memeriahkan peryaan Sekaten.
Baca juga: Menilik Monumen Pers Nasional, Bangunan Ikonik di Kota Solo yang Penuh Sejarah
Dalam pasar rakyat ini masyarakat bisa menikmati berbagai keseruan yang ditawarkan.
Satu di antaranya aneka wahana permainan yang menjadi favorit, seperti ombak banyu, tong setan, kincir angin, kora-kora dan masih banyak lagi.
Masyarakat juga bisa memanfaatkan pasar rakyat untuk berburu kuliner.
Sebab, pasar rakyat dalam perayaan Sekaten dikenal sebagai surganya kuliner, terutama street food.
Beberapa kuliner bahkan hanya bisa dijumpai pada gelaran ini saja.
Tak hanya itu, terdapat pula beragam tenant yang menjual suvenir, oleh-oleh hingga pakaian khas Kota Solo.
Dengan beragam daya tarik yang ditawarkan, tak heran jika gelaran Sekaten selalu dinanti-nanti oleh masyarakat Solo dan sekitarnya.
Nah, buat traveler yang ingin mencoba pengalaman seru mengunjungi pasar rakyat dalam perayaan Sekatan, pas banget!
Kini pasar rakyat tengah digelar di Alun-alun Keraton Surakarta.
Acara berlangung selama satu bulan penuh, mulai 16 September hingga 16 Oktober 2022 mendatang.
Sebagai informasi, Alun-alun Keraton Surakarta berlokasi di Jalan Gading, Gajahan, Pasar Kliwon, Kota Solo, Jawa Tengah.
Baca juga: Night Market Ngarsopuro, Tempat Wisata Malam yang Asyik Buat Belanja ; Kulineran di Solo
Menilik Alun-alun Keraton Surakarta, Kawasan Penuh Sejarah dan Warisan Budaya di Kota Solo
Berbicara soal pariwisata Kota Solo, tentu tak lepas dari kehadiran Keraton Surakarta.
Keraton Surakarta merupakan sebuah warisan budaya Jawa di Kota Solo, Jawa Tengah.
Tak hanya berupa fisik bangunan, Keraton Surakarta juga memiliki warisan berupa benda artefak, seni budaya serta adat istiadat.
Bahkan Keraton Surakarta memiliki budaya dan tradisi yang kental dan masih terjaga hingga sekarang.
Melansir situs resmi Pemkot Solo, Keraton Surakarta didirikan oleh Pakubuwono II pada tahun 1744 silam.
Masih bersaudara dengan Keraton Kesultanan yang ada di Yogyakarta, keduanya memiliki bangunan dan budaya yang hampir mirip.
Satu di antaranya tercermin dari keberadaan alun-alun di dekat bangunan keraton.
Baik Keraton Surakarta maupun Keraton Yogyakarta masing-masing memiliki dua buah alun-alun.
Alun-alun tersebut juga mempunyai nama yang sama, yaitu alun-alun lor dan alun-alun kidul.
Alun-alun lor Keraton Surakarta merupakan kawasan yang berada paling depan dari wilayah keraton.
Lokasi alun-alun ini berada di dekat dengan Pasar Klewer, dan dijadikan sebagai akses masuk ke keraton melalui pintu sebelah utara.
Baca juga: Jadwal Pertunjukan Wayang Orang Sriwedari Solo Periode September 2022
Terdapat sebuah gapura pada sebelah utara alun-alun yang bernama Gapura Gladag.
Pada zaman dulu, di alun-alun lor terdapat beberapa bangunan dengan berbagai fungsinya masing-masing.
Sebelah barat, terdapat pakapalan yang digunakan sebagai tempat menambatkan kuda para abdi dalem dari berbagai daerah yang akan menghadap raja.
Kemudian sebelah tenggara, berdiri bangsal patalon sebagai tempat gamelan setu yang dibunyikan untuk mengiringi latihan prajurit keraton.
Lalu pada bagian tengah terdapat terdapat dua pohon beringin yang dikurung didalam pagar.
Sedangkan pada sebelah barat terdapat Masjid Agung yang dijadikan tempat sebagai pusat agama Islam.
Sementara sebelah barat daya dan timur laut terdapat pintu gerbang Slompretan dan Batangan.
Selain alun-alun lor, Keraton Surakarta juga memiliki alun-alun kidul.
Alun-alun kidul dijadikan sebagai pintu masuk ke keraton melalui pintu sebelah selatan.
Pada alun-alun terdapat benteng yang mengelilinginya, disebut sebagai Gapura Gadhing.
Sama halnya dengan alun-alun lor, di alun-alun kidul juga terdapat dua buah pohon beringin kembar yang terletak tepat di tengah-tengah alun-alun.
Menariknya, alun-alun kidul menjadi tempat untuk merawat kebo bule Kyai Slamet yang biasa dikirab pada acara Gerebek Satu Suro.
Di alun-alun kidul juga terdapat 2 buah gerbong kereta bersejarah yang diletakkan disebelah kanan dan kiri pintu sebelum masuk ke area keraton.
Gerbong tersebut merupakan kereta pesiar dan kereta jenazah peninggalan Pakubuwono X, raja yang paling lama memerintah dalam sejarah Keraton Surakarta.
Baca juga: Asyiknya Nongkrong di Surakartea, Nikmati Sensasi Ngeteh dengan Nuansa Keraton Surakarta
(TribunTravel.com/mym)
Baca selengkapnya soal artikel sekaten di sini.