Sejarah Panjang Peringatan Hari Kesaktian Pancasila Setiap 1 Oktober


TRIBUNTRAVEL.COM - Setiap lepas September, awal bulan berikutnya masyarakat Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila.

Tepatnya tanggal 1 Oktober, Hari Kesaktian Pancasila diperingati setiap tahunnya.

Tugu Pahlawan Revolusi yang nampak berdiri megah di Komplek Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur, Sabtu (29/9/2018).
Tugu Pahlawan Revolusi yang nampak berdiri megah di Komplek Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur, Sabtu (29/9/2018). (TribunJakarta/Dwi Putra Kesuma)

Hari ini, Sabtu (1/10/2022), upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila berlangsung di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta, dengan dipimpin oleh Presiden Joko Widodo.

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila tentunya menyimpan kisah panjang dari perjalanan sejarah Indonesia.

Baca juga: Berkunjung ke Museum Sasmitaloka Ahmad Yani, Saksi Bisu Peristiwa G30S

Hari Kesaktian Pancasila ini juga tak lepas dari insiden yang terjadi pada 30 September 1965 silam.

Gerakan tersebut merupakan bagian dari sejarah buruk bangsa Indonesia.

Tonton juga:

Dalam peristiwa tersebut, enam jenderal serta satu perwira pertama TNI AD yang menjadi korban.

Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswodiharjo, dan Lettu Pierre Andreas Tendean.

Mereka dibunuh oleh PKI lalu dimasukkan ke dalam sumur Lubang Buaya di Jakarta Timur.

Ketujuh korban yang gugur pada peristiwa tersebut kemudian telah dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi. 


Monumen Pancasila Sakti
Monumen Pancasila Sakti (Iwan Setiyawan/Kompas)

Lalu sebenarnya, bagaimana ceritanya sampai akhirnya Hari Kesaktian Pancasila diperingati setiap 1 Oktober?

Diberitakan harian Kompas 23 September 2019, peringatan Hari Kesaktian Pancasila dimaksudkan agar bangsa Indonesia mengingat lagi kekejaman Gerakan 30 September (G30S).

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober bermula dari Surat Keputusan Menteri atau Panglima Angkatan Darat Jenderal Soeharto pada 17 September 1966.

Setelah keputusan tersebut keluar, Wakil Panglima Angkatan Darat Letjen Maraden Panggabean dalam jumpa pers menjelaskan, Pancasila sebagai way of life bangsa Indonesia pada tanggal itu mendapat ancaman yang luar biasa sehingga hampir saja Pancasila musnah dari Bumi Pertiwi.

Namun, Pancasila selamat dari serangan fisik penganut Marxisme, Leninisme, dan Maoisme.

Karena itu, dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah sumber kekuatan moril dan spiritual bangsa Indonesia.

Dalam surat itu dinyatakan, peringatan harus dilakukan oleh seluruh slagorde (pasukan) Angkatan Darat dengan mengikutsertakan angkatan lainnya serta rakyat.

Lalu pada 1 Oktober 1966, peringatan Hari Kesaktian Pancasila pertama kali dilakukan di Lubang Buaya.

Baca juga: Mengenang Peristiwa G30S di Monumen Pancasila Sakti, Simak Harga Tiket Masuk ; Jam Bukanya

Hari Berkabung Nasional

1 Oktober juga disikapi sebagai hari perkabungan nasional, namun bukan untuk ritual kesaktian Pancasila.

Diberitakan Kompas.com (1/6/2016), hal itu dikarenakan sejumlah perwira TNI gugur pada 1 Oktober 1965.

Peristiwa yang patut dikenang tersebut akhirnya difilmkan oleh almarhum Arifin C Noer dan diberi judul Gerakan 30 September.

Film tersebut menggambarkan adegan penculikan dan pembunuhan yang dilakukan segerombolan militer yang disebut sebagai pasukan Cakrabirawa.

Baca juga: Hari Lahir Pancasila, Bendera Merah Putih Sepanjang 1.000 Meter Dibentangkan di Candi Borobudur

Cakrabirawa dibentuk atas unsur-unsur angkatan.

Personel Cakrabirawa yang terlibat ialah Letkol Untung dan beberapa pasukannya dari Angkatan Darat.

Beberapa fakta yang berkaitan dengan Hari Kesaktian Pancasila.

1. Penculikan dan Pembunuhan Jenderal oleh Pasukan Cakrabirawa

G30S terjadi pada 30 eptember 1965 malam, hingga 1 Oktober 1965 pagi hari.

Sebanyak sepuluh petinggi TNI tewas dalam kejadian tersebut.

Mereka adalah Jenderal Ahmad Yani, Letnan Jenderal (Letjen) Suprapto, Letjen Haryono, Letjen Siswondo Parman, Mayjen Pandjaitan, Mayjen Sutoyo Siswomihardjo, Kapten Pierre Tendean, AIP Karel Satsuit Tubun, Brigjen Katamso Darmokusumo dan Kolonel Sugiono.

Penculikan dan pembunuhan para jenderal itu dilakukan di Jakarta dan Yogyakarta.

Sebanyak tujuh jenazah Pahlawan Revolusi ditemukan di sumur berdiameter sempit, yang kemudian dikenal sebagai sumur Lubang Buaya.

2. Penculikan oleh Pasukan Cakrabirawa

Pasukan Cakrabirawa adalah pasukan pengaman Presiden yang andal.

Pasukan ini berkekuatan 3.000 personel dari keempat Angkatan Bersenjata.

Dalam G30S, Pasukan Birawa menjadi promotor untuk menculik para jenderal.

Letkol Untung dan satu peleton Cakrabirawa dari Batalyon I KK pimpinan Lettu Dul Arif memimpin operasi itu.

Tindakan yang dilakukan Pasukan Cakrabirawa itu dianggap mencoreng nama pemerintah, sehingga dibubarkan pada 28 Maret 1966.

Baca juga: 3 Tempat Wisata di Ende yang Bisa Dikunjungi untuk Mengenang Lahirnya Pancasila

3. Nasib Letkol Untung dan Pasukannya

Setelah operasi yang disebut kudeta itu gagal, Letkol Untung sempat melarikan diri ke Jawa Tengah.

Namun, pria pemilik nama kecil Kusman ini tertangkap oleh dua anggota Armed, yang tak dikenalnya.

Anggota Armed itu tak tahu jika yang mereka tangkap adalah Letkol Untung, yang memimpin pemberontakan G 30S PKI.

Akhirnya, Untung dibawa ke Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) pada awal 1966.

Vonis mati untuknya dijatuhkan pada 6 Maret 1966.

Untung sempat meminta grasi pada Presiden Soeharto.

Namun, grasi itu tidak datang dan nasibnya justru berakhir di regu tembak.

Sedangkan personel pasukan Cakrabirawa banyak yang ditangkap dan dipenjarakan tanpa melalui proses pengadilan.

Baca juga: Awal Mula Hari Lahir Pancasila jadi Libur Nasional, Baru Dimulai Era Jokowi

4. Tewasnya Gadis Lima Tahun Bernama Ade Irma Suryani

Jenderal Abdul Harris (AH) Nasution menjadi sasaran dalam G30S.

Namun, putrinya yang baru berusia lima tahun, Ade Irma Suryani, justru tertembus peluru.

Ade Irma Suryani meninggal dunia setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, tepatnya pada 6 Oktober 1965.

Saat kejadian sekitar pukul 03.30 dini hari, Ade Irma Suryani tidur bersama ayah dan ibunya.

Istri Jenderal Nasution, Johanna Nasution, berusaha melindungi suaminya, sehingga menyerahkan Ade Irma Suryani ke adik iparnya.

Namun karena panik, adik AH Nasution tak sengaja membuka pintu yang diberondong peluru pasukan Cakrabirawa.

Bocah kecil itu bersimbah darah, tetapi baru ketika hari sudah menjelang pagi dibawa ke RSPAD.

Dikutip dari Intisari, ada sekitar tiga peluru yang bersarang di punggung Ade Irma Suryani.

5. Diperingati dengan Upacara Bendera

Kebenaran G30S sering kali menjadi perdebatan.

Namun, peristiwa ini adalah salah satu episode kelam dalam perjalanan Bangsa Indonesia.

Bagaimanapun setelah G30S pecah, Pancasila terbukti menjadi ideologi bangsa yang tak tergantikan.

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul 1 Oktober Diperingati Hari Kesaktian Pancasila, Ini Sejarah dan Deretan Faktanya.

Simak artikel lainnya terkait G30S di sini.

Temukan solusi untuk kebutuhan transportasi, pengiriman barang, layanan pesan antar makanan, dan yang lainnya di sini.

SHARE : share facebook share twitter share linkedin