5 Fakta Terowongan Sasaksaat, Hubungkan Jalur Kereta Api Bandung-Jakarta
TRIBUNTRAVEL.COM - Traveler yang pernah naik kereta api rute Bandung-Jakarta atau sebaliknya mungkin sempat mendengar soal Terowongan Sasaksaat.
Terowongan Sasaksaat memang menghubungkan jalur kereta api Bandung-Jakarta.
Nah, Terowongan Sasaksaat yang hingga kini masih dilewati kereta api itu berada di dalam sebuah cadas atau batuan sepanjang kurang lebih 950 meter.
Terowongan Sasaksaat terletak antara Stasiun Maswati dan Stasiun Sasaksaat di km 143+144.
Baca juga: Jadwal Misteri Terowongan Sasaksaat, Rumah Hantu Drive Thru Pertama di Bandung
Sementara nama kawasan dari Terowongan Sasaksaat adalah Desa Sumur Bandung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.
Terowongan Sasaksaat ini begitu bersejarah dalam dunia perkeretaapian di Indonesia.
Tonton juga:
Pada awal pengoperasiannya dulu, Terowongan Sasaksaat yang berada di koridor Purwakarta-Padalarang digunakan untuk banyak kepentingan.
Mulai dari sarana penumpang, pengangkutan komoditas ekspor seperti kopi, teh, beras, serta pengangkutan hasil pertanian sehari-hari masyarakat di wilayah Bandung.
Kini, Terowongan Sasaksaat yang berada di bawah Daerah Operasi II Bandung dilewati kereta api jarak jauh.
Di antaranya adalah Argo Parahyangan, Harina, Ciremai, Serayu, kereta api lokal Cibatu-Purwakarta dan kereta angkutan barang.
Lalu, seperti apa kisah pembangunan Terowongan Sasaksaat yang hingga kini masih menjadi penghubung jalur kereta api Bandung-Jakarta?
Simak dulu, yuk, fakta-fakta Terowongan Sasaksaat berikut ini.
1. Terowongan Sasaksaat Dibangun Tahun 1902
Terowongan Sasaksaat dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1902-1903 via Perusahaan Kereta Api Negara, Staatssporwegen (SS).
Dari cerita penjaga Terowongan Sasaksaat, Krisna Budirohman, terowongan dibangun saat zaman kolonial Belanda.
"Jadi orang Indonesia dan ada sebagian pekerja dari luar dipekerjakan untuk proyek Terowongan Sasaksaat ini," kata Krisna kepada Tribun Jabar, beberapa waktu lalu.
Penggalian terowongan yang terdapat batuan cadas dilakukan tidak menggunakan dinamit atau pengeboran dengan mesin.
Konon, pengerjaan Terowongan Sasaksaat kebanyakan menggunakan alat seadanya seperti balincong dan linggis.
"Dulu yang saya ketahui, dari cerita sejarah, pembuatan TerowonganSasaksaat pada zaman Belanda dikerjakan secara manual dengan alat seperti balincong dan linggis, uniknya jalan terowongan itu bisa presisi,&; ujar Krisna.
Dikutip dari situs resmi KAI, disebutkan bahwa dalam proses pembangunan Terowongan Sasaksaat terdapat kendala, yaitu lahan yang memiliki kadar air tinggi.
Hal itu membuat air merembes ke Terowongan Sasaksaat dan berisiko terjadi longsor.
Selain itu terdapat batuan cadas pada tanah yang digali.
Akhirnya untuk menanggulangi rembesan air tersebut, lapisan atas Terowongan Sasaksaat dilapisi dengan penyemenan tebal 0,85 meter.
Pada beberapa bagian Terowongan Sasaksaat dilapisi dengan seng.
Sementara itu, untuk masalah batuan cadas, ada pula solusinya yaitu dihancurkan dengan cara pengeboran menggunakan tangan guna menghindari getaran.
Baca juga: Penasaran dengan Cara Pengecatan Kereta Api? Begini Lho Prosesnya
2. Ukuran Terowongan Sasaksaat
Panjang Terowongan Sasaksaat kurang lebih 950 meter dengan lebar 3,92 meter.
Sementara tinggi Terowongan Sasaksaat mencapai 4,31 meter.
Baca juga: Jadwal Kereta Api dari Solo Balapan ke Malang Oktober 2022, Tiketnya Mulai Rp 180 Ribu Sekali Jalan
3. Tradisi Tahunan Terkait Terowongan Sasaksaat
Ada tradisi setiap tahun yang dilakukan oleh pihak PT Kereta Api Indonesia dan warga setempat.
Setiap tanggal 16, 17 atau 18 Agustus diadakan tradisi potong hewan kurban kambing.
"Upacara tersebut bertujuan agar tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Masyarakat sekitar TerowonganSasaksaat dan pihak PT KAI selalu melakukan tradisi itu setiap tahunnya," ungkap Krisna.
Baca juga: Aturan Bagasi saat Naik Kereta Api, Barang Penumpang Maksimal 20 Kg
4. Terowongan Kereta Api Terpanjang di Indonesia
Terowongan Sasaksaat menjadi terowongan terpanjang dan aktif satu-satunya di Indonesia peninggalan zaman Belanda, yang masih digunakan untuk jalur kereta api Bandung-Purwakarta-Jakarta.
Baca juga: Mengenal Sistem Persinyalan Kereta Api, Prasarana Penting yang Menjamin Keselamatan Perjalanan
5. Bangunan Terowongan Sasaksaat Tak Banyak Berubah dari Dulu
Krisna mengatakan bangunan tampak depan Terowongan Sasaksaat itu tidak ada yang diubah sama sekali.
Hanya beberapa motif di muka Terowongan Sasaksaat yang agak tak sama lagi.
Dulu, sempat ada pula penambahan di bagian atas Terowongan Sasaksaat yang direnovasi pada tahun 2004.
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Menyusuri Terowongan Sasaksaat yang Berusia 118 Tahun, Hubungkan Jalur Kereta Api Bandung-Jakarta.
Simak juga artikel lainnya seputar kereta api di sini.