Miliaran Kepiting Termahal di Dunia Tiba-tiba Hilang Misterius dari Habitat, Apa Penyebabnya?

TRIBUNTRAVEL.COM - Nama kepiting raja Alaska atau Alaskan king crab mungkin sudah tidak asing bagi sebagian besar orang di dunia.

Seperti diketahui, kepiting raja Alaska memang dikenal sebagai salah satu makanan termahal di dunia.

Kepiting raja Alaska, salah satu makanan mewah dan termahal di dunia.
Kepiting raja Alaska, salah satu makanan mewah dan termahal di dunia. (Flickr/Boris Kasimov)

Di Indonesia sendiri, satu ekor kepiting raja Alaska bahkan bisa dibanderol dengan harga jutaan rupiah.

Harga fantastis tersebut memang sepadan disandingkan dengan kepiting raja Alaska.

Baca juga: 10 Fakta Unik Alaska, Punya Segitiga Bermuda hingga Ratusan Gunung Berapi Aktif

Sesuai namanya, kepiting raja Alaska ini hanya hidup di sekitar perairan Alaska dan Laut Bering.

Selain habitatnya hanya di wilayah tertentu, cara mendapatkan kepiting raja Alaska terbilang cukup sulit.

TONTON JUGA:

Sebab musim panen kepiting raja Alaska hanya bisa dilakukan saat musim dingin antara Oktober hingga awal Januari.

Ditambah lagi gelombang air laut pada musim tersebut juga akan sangat tinggi dan dingin.

Tantangan yang berat ini juga kemudian menjadikan para nelayan kepiting Alaska dikenal sebagai pekerjaan paling mematikan di dunia.

Sehubungan dengan hal tersebut, rupanya ada sedikit kabar tak mengenakan dari musim panen kepiting raja Alaska pada tahun ini.

Untuk pertama kalinya, panen raya kepiting raja Alaska dibatalkan atau dilarang oleh pemerintah setempat.

Bukan tanpa alasan, hal itu terjadi lantaran miliaran populasi kepiting raja Alaska rupaya tiba-tiba hilang secara misterius dari perairan Laut Bering.

Hal ini disampaikan langsung oleh Dewan Perikanan Alaska dan Dewan Manajemen Perikanan Pasifik Utara pada pekan lalu.

Nelayan kepiting raja Alaska.
Ilustrasi nelayan kepiting raja Alaska. (Flickr/NOAA Photo Library)

Baca juga: Fakta Unik Faberge Egg, Telur Termahal di Dunia yang Harganya Mencapai Rp 223 Miliar

Baca juga: 5 Makanan Termahal di Dunia, Ada yang dari Indonesia lho!

Dikutip melalu CNN, Senin (17/10/2022) pemerintah melaporkan bahwa populasi kepiting raja Alaska turun di bawah ambang batas peraturan untuk membuka perikanan.

Tak tanggung-tanggung angkanya cukup drastis dari sekitar 8 miliar pada 2018 menjadi 1 miliar pada 2021, menurut Benjamin Daly, seorang peneliti di Alaska Department of Fish and Game.

&;Kepiting salju sejauh ini merupakan yang paling melimpah dari semua spesies kepiting Laut Bering yang ditangkap secara komersial,&; kata Daly.

&;Jadi, keterkejutan dan kekaguman dari miliaran orang yang hilang dari populasi patut dicatat &; dan itu termasuk semua perempuan dan bayi.&;

Panen kepiting raja merah Teluk Bristol juga akan ditutup untuk tahun kedua berturut-turut, agensi mengumumkan.

Para pejabat mengutip penangkapan ikan yang berlebihan sebagai alasan mereka membatalkan musim panen kepiting raja Alaska pada tahun ini.

Mark Stichert, koordinator pengelolaan perikanan groundfish dan kerang di departemen ikan dan permainan negara bagian, mengatakan bahwa lebih banyak kepiting yang ditangkap dari lautan daripada yang bisa digantikan secara alami.

"Jadi ada lebih banyak pemindahan dari populasi daripada input," jelas Stichert pada pertemuan hari Kamis.

Baca juga: Fakta Unik Jugyeom, Garam Termahal di Dunia yang Harganya Jutaan Rupiah

Berdasarkan survei yang dilakukan pada 2021 dan 2022, kepiting raja Alaska jantan dewasa populasinya menurun sekitar 40 persen.

Angka tersebut dengan perkiraan hanya 45 juta pon tersisa di seluruh Laut Bering saat ini.

"Ini angka yang menakutkan, hanya untuk memperjelas," kata Stichert.

&;Kami menyebutnya penangkapan berlebih karena tingkat ukurannya,&; Michael Litzow, direktur lab Kodiak untuk Perikanan NOAA.

"Tapi bukan penangkapan ikan berlebihan yang menyebabkan keruntuhan, itu sudah jelas."

Litzow mengatakan perubahan iklim yang disebabkan manusia merupakan faktor utama dalam hilangnya miliaran spesies kepiting raja Alaska.

Kepiting raja Alaska termasuk spesies air dingin dan banyak ditemukan di daerah dengan suhu air di bawah 2 derajat Celcius.

Maka, saat lautan menghangat dan es laut menghilang, lautan di sekitar Alaska menjadi tidak ramah bagi spesies tersebut.

&;Ada sejumlah studi atribusi yang telah melihat suhu tertentu di Laut Bering atau lapisan es Laut Bering pada tahun 2018, dan dalam studi atribusi tersebut, mereka menyimpulkan bahwa suhu dan kondisi es rendah di Laut Bering adalah konsekuensi dari pemanasan global,&; kata Litzow.

Menambahkan pernyataan itu, para ilmuwan menambahkan suhu di sekitar Kutub Utara telah menghangat empat kali lebih cepat dibanding bagian planet lainnya.

Perubahan iklim telah memicu hilangnya es laut dengan cepat di wilayah Arktik, khususnya di Laut Bering Alaska.

Hal inilah yang menjadi alasan utama peniadaan panen raya kepiting raja alaska pada tahun ini harus ditiadakan.

"Ini adalah secercah optimisme,&; kata Litzow.

&;Itu lebih baik daripada tidak melihat mereka, pasti. Kami menjadi sedikit lebih hangat setiap tahun dan variabilitasnya lebih tinggi di ekosistem Kutub Utara dan ekosistem lintang tinggi, jadi jika kami bisa mendapatkan periode yang lebih dingin itu akan menjadi kabar baik bagi kepiting salju (red: kepiting raja Alaska).&;

Baca juga: Mengenal Kaviar Almas, Makanan Termahal di Dunia yang Harganya Capai Ratusan Juta

(TribunTravel/Zed)

baca selengkapnya soal berita viral di sini.

Temukan solusi untuk kebutuhan transportasi, pengiriman barang, layanan pesan antar makanan, dan yang lainnya di sini.

SHARE : share facebook share twitter share linkedin