Bubur Cikini HR Suleman, Pilihan Kuliner Malam di Jakarta Pusat
TRIBUNTRAVEL.COM - Traveler sedang di sekitaran Jakarta Pusat dan mencari pilihan kuliner malam? Bubur Cikini HR Suleman bisa jadi jawabannya.
Walau terkenal sebagai menu buat sarapan enak, Bubur Cikini HR Suleman bisa juga buat kuliner malam, lho.
Sebab, Bubur Cikini HR Suleman yang asyik buat kuliner malam ini buka hingga jelang tengah malam.
Bubur Cikini HR Suleman berdiri sejak 1969 dan berlokasi di Jalan Cisadane No.121, Cikini, Kecamatan Menteng, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta.
Baca juga: 6 Kuliner Malam di Jambi yang Terkenal Enak, Wajib Coba Seafood di Pondok Kelapo
Tempat makan ini sudah lama terkenal menjajakan menu bubur ayam yang lezat.
Ketika berkunjung ke Bubur Cikini HR Suleman beberapa waktu lalu, saya pun memesan menu buburayam dan telur dengan porsi setengah.
Tidak sampai lima menit, hidangan buburayam beserta minum langsung tersaji di atas meja.
Semangkuk bubur terdiri dari berbagai topping.
Ada cakwe, tongcai, suwiran ayam dan emping.
Di dasar mangkuk, terdapat kuning telur mentah yang berasal dari ayam kampung.
Jika diaduk, warna putih pucat bubur berubah menjadi agak kuning.
Bagi pengabdi bubur tidak diaduk, pasti agak berat hati untuk melakukannya.
Bila tidak rela bubur ayam teraduk, lebih baik memesan yang tanpa telur.
Namun, rasanya lebih creamy jika memesan menu bubur ayam dengan telur.
Sebelum menyantapnya, kesan pertama yang saya dapatkan adalah aroma bubur ayam yang harum.
Joni, salah satu karyawan, menjelaskan buburayam itu harum karena ditanak dengan beberapa rempah.
Berasnya pun berasal dari kualitas super yang didatangkan dari Cianjur, Jawa Barat.
Buburnya memang tawar, tidak terasa gurih.
Tidak ada kuah kaldu yang merendam bubur.
Rasa gurih disumbangkan dari suwiran ayam dan tongcai, sejenis sawi putih yang diasinkan.
Joni menjelaskan bubur tidak menggunakan garam dan msg. Bubur diolah dengan bahan-bahan alami saja.
"Bubur ini rasanya tawar. Disantap bersama tongcai dan suiran ayam agar terasa gurih karena ayamnya telah dibumbui," jelas Joni.
Bila kurang gurih, di atas meja tersedia kecap manis, kecap asin, dan lada sebagai penyedapnya.
Sambalnya pun juga menjadi kondimen yang melengkapi rasa bubur.
Perbedaan lain, topping cakwe sengaja digiling halus.
Ketika dihidangkan, bentuknya sudah tidak mirip seperti irisan cakwe.\
Baca juga: Bebek Perdikan, Kuliner Malam yang Tersembunyi di Gang Sempit Jakarta
Nah, putih telur yang sudah dipisahkan dari kuningnya menjadi salah satu bahan dasar pembuatan cakwe.
Porsi bubur ayam setengah dan telur sudah cukup bikin kenyang.
Suatu waktu, saya pernah juga menyempatkan datang ke sini memesan bubur ayam sekaligus dengan martabaknya.
Menyantap bubur ayam sembari menikmati martabaknya ternyata enak juga, lho.
Bubur Cikini HR Suleman Berawal dari Jual Martabak
Sebelum terkenal akan menu bubur ayam yang lezat, Bubur Cikini HR Suleman justru menjual martabak.
Awalnya sang pemilik yang bernama Radji menjual martabak.
Resep makanan ini didapat dari saudara jauhnya yang berasal dari India.
&;Menu yang dijual awalnya itu martabak. Pak Radji kan belajar banyak dari saudara jauhnya yang berasal dari India. Diajarin berbagai resep makanan asli sana," ungkap Joni.
Baca juga: Rekomendasi 7 Kuliner Malam di Payakumbuh, Bofet Sianok Sajikan Soto Padang sampai Bubur Kampiun
Radji malah tak menyangka menu bubur ayam yang menyusul belakangan menjadi lebih terkenal ketimbang martabak.
Banyak orang yang menyukai bubur ayam khas Cirebon.
Joni melanjutkan, dulu mereka berjualan di pinggir jalan dengan gerobak.
Kala itu, mereka masih menamakannya Bubur Cikini atau disingkat Burcik meski tetap menjual martabak.
Baca juga: 8 Kuliner Malam di Padang yang Terkenal Enak, dari Soto Garuda sampai Sate Danguang Danguang
&;Zaman dulu mencari lapak susah, masih kejar-kejaran dengan trantib," lanjut pria yang bekerja sejak tahun 2014 itu.
Setelah sempat pindah beberapa kali di sekitaran Jalan Cisadane, akhirnya kedai bubur ini menempati sebuah ruko di pinggir jalan.
"Tahun 90-an awalnya jualan di depan teras yang punya ruko. Tahun 94, rukonya sudah menjadi hak milik dan kita berjualan di dalam," cerita Joni.
Nama HR Suleman sebenarnya bukan nama pertama dari Bubur Cikini.
Baca juga: Rekomendasi 8 Kuliner Malam di Medan yang Terkenal Enak dan Murah
Menurut cerita Joni, nama Suleman didapat pemiliknya sehabis pulang dari Mekkah.
"Beliau kan pulang dari haji ketemu orang, suruh kasih nama Sulaiman. Setelah kedai pakai nama itu, malah menjadi semakin ramai," ungkap Jonii.
Selepas sang pemilik wafat, usaha ini diteruskan oleh generasi kedua, anak-anaknya.
Cucunya pun turut membantu mengelola usaha ini.
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Bubur Cikini HR Sulaiman Legendaris Sejak 1969, Berawal dari Jual Martabak.
Simak juga artikel lainnya seputar kuliner malam di sini.