Pertama Kali Makan Shabu-shabu, Simak 6 Tips Agar Tak Kebingungan saat Pilih Menu

TRIBUNTRAVEL.COM - Restoran Jepang yang menyajikan shabu-shabu sudah banyak ditemukan di Indonesia.

Shabu-shabu biasanya terdiri dari beragam bahan makanan, mulai dari daging yang diiris tipis, aneka seafood, dan beragam sayuran segar.

Seorang pengunjung tengah menikmati kuliner ala Jepang, Shabu-Shabu di Restoran Shabu Hachi, Bogor, Jawa Barat, Rabu (6/4/2017).
Seorang pengunjung tengah menikmati kuliner ala Jepang, Shabu-Shabu di Restoran Shabu Hachi, Bogor, Jawa Barat, Rabu (6/4/2017). (KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO)

Bahan-bahan makanan tersebut disajikan dalam keadaan mentah dan harus dimasak sendiri di meja makan.

Meski demikian, belum banyak yang mengetahui tips makan shabu-shabu di restoran Jepang.

Baca juga: 4 Restoran Jepang di Bogor, Bisa Ambil Menu Sepuasnya di Shabu Hachi

Makan shabu-shabu ternyata tak boleh sembarangan.

Berikut 6 tips makan shabu-shabu di restoran yang dirangkum TribunTravel dari Kompas.com.

LIHAT JUGA:

1. Minta tester sebelum pilih kuah shabu

Hal yang pertama kali dilakukan sebelum makan shabu-shabu yaitu memilih jenis kuahnya.

Biasanya kuah shabu-shabu terbuat dari ganggang laut atau kaldu ayam murni.

Adapun pilihan kuah shabu-shabu di restoran yaitu kuah tomyum, mala, dan sebagainya.

Sebelum memilih kuah apa yang akan dimakan, sebaiknya minta tester kepada pelayan.

2. Bertanya cara menggunakan pemanas

Setelah memesan kuah, saatnya duduk di meja.

Pada meja biasanya telah tersedia pemanas berupa kompor listrik dan panci yang berisi kuah pilihan.

Bila belum terbiasa memakainya, jangan sungkan untuk bertanya cara menaikkan dan menurunkan suhu, mematikan dan menyalakan kompor.

Tanyakan juga tingkat panas yang tepat untuk memasak.

Baca juga: La Moringa, Restoran di Labuan Bajo yang Semua Menunya Dibuat dari Daun Kelor

3. Memanaskan kuah

Saat makan shabu-shabu di restoran, kita diharuskan untuk memasak sendiri.

Setelah duduk di meja, segera hidupkan kompor listrik dengan panci berisi kuah.

Sambil menunggu kuah mendidih, ambilah isian shabu-shabu di meja prasmanan.

Ilustrasi makan shabu-shabu di restoran Jepang.
Ilustrasi makan shabu-shabu di restoran Jepang. (Unsplash/cerachiuu)

4. Variatif saat memilih isian

Isian shabu-shabu biasanya terdiri dari daging sapi, daging ayam, seafood, dan sayuran.

Semuanya bisa dikombinasikan saat memilih isian shabu-shabu.

Tentunya harga yang ditawarkan untuk daging sapi, daging ayam, dan seafood berbeda.

Untuk sayuran, biasanya restoran menyediakan wortel, lobak, sawi putih, dan pok choi.

5. Urutan memasak yang benar

Setelah kuah mendidih, saatnya untuk memasukkan isian shabu-shabu.

Masukkan isian yang memerlukan waktu lebih lama agar matang, seperti misalnya lobak, wortel, dan udang.

Sementara untuk pok choi dan jamur enoki bisa dimasukkan terakhir.

Daging sapi di restoran shabu biasanya diiris sangat tipis, sehingga cepat matang ketika dimasak.

6. Makanan harus dihabiskan

Hampir semua restoran shabu-shabu makan sepuasnya mengenakan sanksi denda bagi konsumen yang tidak menghabiskan makanan.

Maka dari itu, sebaiknya habiskan makanan yang telah diambil.

Baca juga: Teuan Cafe ; Resto, Restoran Viral di Bandung yang Hadirkan Nuansa Peranakan ala Singapura

Sejarah shabu-shabu

Shabu shabu adalah nabemono Jepang atau panci panas, di mana daging sapi bersama sayuran dimasak dalam kaldu dashi di meja, dilaporkan Foodicles.

Shabu-shabu biasanya dilengkapi dengan saus celup, wijen dan ponzu, serta nasi di sampingnya.

Kakkoii Japanese BBQ & Shabu-Shabu
Kakkoii Japanese BBQ ; Shabu-Shabu (Instagram/kakkoii_id)

Meski populer sebagai masakan Jepang, hot pot sebenarnya berasal dari Tiongkok sejak Dinasti Zhou pada 1046 hingga 256 SM.

Selama pemerintahan Dinasti Yuan dari 1271 hingga 1368 M, dikatakan bahwa kaisar Mongol Kublai Khan menikmati hot pot daging kambing rebus sebelum pertempuran.

Setelah menang, Kublai Khan akan menyajikannya kepada pasukan Mongol.

Masakan hot pot selanjutnya dipopulerkan di kalangan kaisar Tiongkok Dinasti Qing dari tahun 1644 hingga 1912, di mana hot pot sering disajikan hampir setiap hari.

Selama periode ini, para pedagang Tiongkok membawa gaya memasak menggunakan hot pot ke luar negeri, termasuk Jepang.

Baca juga: Rekomendasi 4 Restoran Populer di Solo Buat Kumpul Keluarga saat Libur Nataru

Hot pot versi Jepang dibawa oleh seorang dokter dari prefektur Tottori (barat laut Kyoto) yang dikirim ke Beijing sebagai ahli bedah tentara selama Perang Dunia II.

Di sana, dia mencoba shuan yan rou, hot pot daging kambing Mongolia, yang biasanya disajikan sebagai hidangan musim dingin.

Ilustrasi daging sapi.
Ilustrasi daging sapi. (Usman Yousaf /Unsplash)

Setelah perang tahun 1946, ia tinggal di Kyoto dan memperkenalkan hot pot kepada seorang koki di salah satu restoran favoritnya.

Karena domba sulit didapat, koki pun menggunakan daging sapi serta kaldu dan saus yang lebih cocok dengan selera orang Jepang.

Baca juga: Syahdunya Suasana Kayu Manis, Restoran Baru di Lamongan dengan Taman Terbuka yang Asri

Saat itu, mereka menyebut hidangan itu mizudaki yang artinya 'dimasak dalam air panas.'

Pada tahun 1952, Suehiro, sebuah restoran di Osaka (yang masih ada sampai sekarang), secara resmi mengganti nama mizudaki menjadi shabu-shabu karena hot pot adalah spesialisasi restorannya.

Setelah tahun 1955, shabu-shabu menyebar ke Tokyo dan kemudian menyebar sebagai hidangan yang dicintai di Jepang.

(TribunTravel.com/Sinta)

Temukan solusi untuk kebutuhan transportasi, pengiriman barang, layanan pesan antar makanan, dan yang lainnya di sini.

SHARE : share facebook share twitter share linkedin