Penumpang Turkish Airlines Tak Perlu Rapid Test ke Istanbul

KOMPAS.com - Turki sudah kembali membuka jalur penerbangan internasional. Salah satu maskapai penerbangan dari Indonesia ke Turki pulang pergi (pp), yaitu Turkish Airlines juga telah beroperasi kembali.

Tak seperti kebanyakan pesawat, maskapai ini menerapkan peraturan yang berbeda di mana tidak mewajibkan para penumpang melakukan rapid test atau swab test terlebih dahulu.

Sales Manager Indonesia Turkish Airlines, Yemima Paomey mengatakan, tidak ada kewajiban dari pihak maskapai untuk para penumpang rapid test atau swab test sebagai syarat terbang.

"Turkish Airlines kita tidak perlu rapid test atau PCR untuk keberangkatan dari Jakarta," kata Yemima dalam webinar ASTINDO DKI Jakarta bertemakan "Update Terbaru Industri Penerbangan Domestik dan Internasional" Kamis (27/8/2020).

Baca juga: Protokol New Normal Pariwisata Turki, Sertifikasi Kesehatan

Ia melanjutkan, kewajiban rapid test atau PCR malah dilakukan beberapa travel agent kepada penumpang.

Meski hal ini merupakan kebijakan dari Turkish Airlines, Yemima tak memungkiri jika ada kebijakan berbeda dari pihak bandara untuk mewajibkan semua penumpang melakukan rapid test atau swab test sebelum keberangkatan.

Oleh karena itu, ia tetap menyarankan agar penumpang Turkish Airlines bisa berjaga-jaga dengan membawa dokumen rapid test atau swab test tersebut untuk pemeriksaan di bandara keberangkatan.

"Tapi kan ada yang bilang juga kalau dari pihak bandara suka ada random check untuk itu. Jadi mungkin lebih aman ada yang disebut dengan rapid test," imbuh Yemima.

Sampai di Istanbul, tak ada pemeriksaan terkait Covid-19

Ketika tiba di bandara kedatangan Istanbul, Turki, ia mengatakan bahwa tidak ada pemeriksaan atau dimintakan persyaratan tambahan, seperti dokumen rapid test dan sebagainya.

Para penumpang hanya diminta persyaratan terbang seperti sebelum pandemi. Namun, para penumpang tetap akan melalui proses screening di mana jika terlihat gejala Covid-19, maka mereka harus melakukan rapid test di bandara.

"Nah, kalau positif, nanti dia akan dikarantina dengan biaya sendiri. Jadi kita sarankan untuk penumpang punya asuransi," kata Yemima.

Hagia Sophia di Istanbul, Turki.
Hagia Sophia di Istanbul, Turki.

Adapun, asuransi perjalanan tersebut, kata dia, bisa diperoleh melalui agen perjalanan wisata maupun melalui Turkish Airlines.

"Bisa melalui website kami, jadi bisa juga apply lewat website kami di Turkish Airlines," tambahnya.

Andalkan filter HEPA, kapasitas tempat duduk tidak dikurangi

Lalu bagaimana dengan protokol di dalam pesawat? Yemima menjelaskan, semua pesawat Turkish Airlines sudah dilengkapi filter HEPA yang mencegah penyebaran virus melalui sirkulasi udara.

"HEPA filter ini yang bisa menyaring virus bakteri sampai 99 persen. Dan di dalam pesawat itu setiap 3 menit, pramugari akan memberikan informasi bahwa akan ada pergantian udara. Jadi sirkulasi udara setiap 3 menit akan diganti dengan udara yang baru," kata dia.

Mengandalkan kemampuan filter HEPA, pihaknya pun tetap memberikan kapasitas normal tempat duduk.

Jelasnya, Turkish Airlines tidak menerapkan kapasitas tempat duduk yang dikurangi 50-70 persen.

Baca juga: Hagia Sophia Turki Jadi Masjid, Apakah Masih Bisa Dikunjungi Turis?

"Kami tidak terapkan itu, jadi kita masih bisa full capacity. Tapi dengan adanya HEPA filter dan memberikan perlengkapan masker, hand sanitizer, tisu basah yang sudah dibagikan," terangnya.

Kemudian, pramugari juga dibatasi untuk berlalu lalang di lorong tempat duduk penumpang. Pihak Turkish Airlines telah meniadakan layanan pramugari yang lewat menjual minuman atau snack pada penumpang.

"Jadi di dalam pesawat, begitu pramugari kasih makanan, dia hanya kasih makanan box. Setelah itu pramugarinya pergi. Jadi untuk service seperti makanan atau minum yang dijual itu tidak ada, sementara ditiadakan," ujarnya.

Baca juga: Sejarah Masjid Biru Turki, Sudah Ada sejak Tahun 1600-an

Selain itu, untuk tas atau barang yang dapat dibawa penumpang ke dalam pesawat hanya maksimal 4 kilogram.

Adapun tas tersebut yang diizinkan hanya berupa tas tangan, tas laptop atau kamera.

"Jadi yang tadinya cabin bagage kita 8 kilogram, itu sekarang gak boleh dibawa ke dalam kabin, tapi kita tambahkan sebagai extra checkin bagage. Jadi untuk ekonomi yang tadinya 30 kilogram, dan bisnis class 40 kilogram, masing-masing kita tambahkan," pungkasnya.

Temukan solusi untuk kebutuhan transportasi, pengiriman barang, layanan pesan antar makanan, dan yang lainnya di sini.

SHARE : share facebook share twitter share linkedin