5 Fakta Makanan Jepang, Masuk Daftar UNESCO dan Kunci Kelezatan
KOMPAS.com - Orang Indonesia akrab dengan makanan khas Jepang. Selain dijual di restoran, makanan jepang kini dengan mudah ditemui di pedagang kaki lima.
Uuniknya, ada beberapa fakta menarik akan makanan jepang yang jarang diketahui orang di luar Jepang.
Baca juga: Kenapa Orang Jepang Suka Sarapan Telur Mentah? Ketahui 4 Fakta Ini...
Dikutip dari berbagai sumber, berikut lima fakta tetang makanan Jepang yang jarang diketahui masyarakat Indonesia:
1. Makanan tradisional Jepang masuk daftar warisan tak benda UNESCO
Dikutip dari situs Healthyfoodtribe, washoku atau makanan tradisional Jepang masuk ke daftar warisan tak benda United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO).
Washoku resmi masuk ke daftar UNESCO sejak 4 Desember 2013. Washoku sendiri bukanlah nama suatu hidangan tertentu, melainkan sebuah istilah.
Menurut situs Japan Times, wasoku terdiri dari dua suku kata, yakni ‘wa’ yang berarti Jepang, dan ‘shoku’ yang berarti makanan. Washoku merupakan istilah untuk semua makanan tradisional Jepang.
2. Sushi roll kurang digemari di Jepang
Dynamite roll, tuna roll, rainbow roll, nama-nama ini seringkali terlihat di menu restoran sushi di Indonesia.
Baca juga: Pendapatan Berkurang, Restoran Sushi di Jepang Utus Kurir Binaragawan
Walaupun cukup banyak beredar, ternyata sushi roll lebih tenar di Amerika Serikat.
“Kami orang Jepang lebih suka sushi jenis nigiri. Sushi roll tetap digemari, tapi kalah tenar dengan nigiri,” ujar Ikeda orang Jepang sekaligus operasional manager Ootoya, sebuah restoran Jepang di Jakarta, kepada Kompas.com, Rabu (6/11/2019).
Ia juga menambahkan bahwa beberapa resep sushi roll yang terkenal tidak berasal dari Jepang, melainkan Amerika Serikat.
3. Kesederhanaan adalah kunci kenikmatan
Berbeda dengan masakan Indonesia yang penuh bumbu, masakan Jepang menghadirkan rasa yang cukup sederhana..
”Rasa asli bahan baku menjadi hal utama yang ingin kami tonjolkan. Karena itulah, terkadang beberapa makanan Jepang disajikan mentah,” ujar Ikeda.
Itu pula yang menjadi alasan mengapa orang Jepang sangat mengutamakan kesegaran bahan baku makanan.
Menurut Ikeda, restoran Jepang yang baik akan memperhatikan distribusi bahan bakunya.
“Kami sendiri (Ootoya) memastikan ikan kami tidak mengalami kenaikan suhu yang drastis,” ujar Ikeda.
4. Tokyo memiliki restoran berbintang terbanyak di dunia
Menurut situs Healtyfoodtribe, Tokyo adalah rumah bagi 302 bintang Michelin besar pada tahun 2017.
Baca juga: Cara Bikin Udon khas Jepang, Injak Pakai Kaki
Ada 12 restoran di Tokyo yang dianugrahi tiga bintang Michelin dan 53 restoran lainnya dapat mengklaim dua bintang Michelin.
Bintang Michelin adalah penghargaan di bidang kuliner tingkat dunia. Rating dari Michelin dianggap sebagai rating yang paling bergengsi di dunia kuliner.
Sebagai perbandingan, Paris berada di posisi ketiga dengan 141 bintang dan New York berada di peringkat kelima dengan 88 bintang.
Dua kota Jepang lainnya masuk dalam lima besar daftar ini. Kyoto memiliki 135 bintang dan Osaka memiliki 116 bintang Michelin.
Bukan hanya masakan Jepang yang ditawarkan restoran ini. Banyak restoran berbintang Michelin di Tokyo sebenarnya menawarkan masakan Perancis.
5. Berbeda daerah, berbeda pula cara masaknya
Layaknya di Indonesia, perbedaan daerah di Jepang juga menentukan cara masak yang digunakan.
“Tidak untuk semua makanan, tapi beberapa makanan berlaku,” ujar Ikeda.
Baca juga: Mencoba Japanese Milkbun, Roti Sobek ala Jepang yang Viral
Ia juga menambahkan perbedaan kondisi tiap daerah mempengaruhi proses memasak makanan.
“Contohnya sukiyaki, di Jepang regional Barat, sukiyaki akan di tumis terlebih dahulu baru dibumbu," jelas Ikeda.
Sementara di Jepang regional Timur, sukiyaki akan dibumbui dulu sebelum dimasak.