Lubang Lapisan Ozon di Antartika Tahun 2020 Catat Rekor Terbesar

TRIBUNTRAVEL.COM - Lapisan Ozon berperan penting untuk melindungi Bumi dan menyerap radiasi ultraviolet Matahari yang berbahaya.

Meskipun masalah pada lapisan ozon tidak selalu menyebabkan pemanasan global, namun berkaitan dengan gas rumah kaca yang menyebabkan penipisan atmosfer.

Lubang ozon yang terletak di atas Antartika bersifat tak menentu, dan ukurannya berfluktuasi hingga musim dingin.

Dikutip TribunTravel dari laman UNILAD, tahun ini terlihat perubahan mencolok pada lubang ozon di Antartika yang telah diamati dalam 30 tahun.

Badan Antariksa Eropa (ESA) menjelaskan dalam sebuah pernyataan, "ketika suhu tinggi di stratosfer mulai naik di belahan bumi selatan, penipisan ozon melambat, pusaran kutub melemah dan akhirnya rusak, dan pada akhir Desember tingkat ozon kembali normal."

Tahun lalu lubang ozon berukuran 16,4 juta kilometer persegi.

Namun, temuan dari satelit Copernicus Sentinel-5P, yang bertugas mengawasi lapisan ozon, menunjukkan lubang tahun ini mencapai ukuran maksimum 25 juta kilometer persegi tepatnya pada 2 Oktober 2020, mirip dengan ukuran pada tahun 2015 dan 2018.

Diego Loyola dari German Aerospace Center mengatakan, "Pengamatan kami menunjukkan lubang ozon tahun 2020 telah berkembang pesat sejak pertengahan Agustus, dan menutupi sebagian besar benua Antartika. Ukurannya jauh di atas rata-rata."

"Lubang ozon tahun 2020 juga merupakan yang terdalam dan menunjukkan nilai ozon yang mencapai rekor terendah," lanjutnya.

Protokol Montreal dibuat pada tahun 1987 dalam upaya mengekang penggunaan chlorofluorocarbons (CFC) yang merusak.

unilad.co.uk
unilad.co.uk

Dengan penurun zat antropogenik perusak ozon ini, para ilmuwan memperkirakan lapisan ozon global akan pulih ke keadaan normalnya sekitar tahun 2050.

Perubahan ukuran lubang ozon juga tergantung pada 'pita angin kencang yang mengalir di sekitar area Antartika', kata ESA.

unilad.co.uk
unilad.co.uk

"Jika pita angin kuat, ia bertindak seperti penghalang, yaitu massa udara antara kutub dan lintang sedang tidak dapat lagi dipertukarkan."

Pada 2019, Paul Newman, seorang kepala ilmuwan di NASA mengatakan, "meskipun lubang kecil adalah berita bagus, penting untuk diketahui bahwa apa yang kita lihat tahun ini disebabkan oleh suhu stratosfer yang lebih hangat. Ini bukan tanda ozon di atmosfer tiba-tiba cepat menuju pemulihan."

Baca juga: Daftar 3 Bandara Indonesia yang Dilengkapi Fasilitas Tes PCR

Baca juga: Viral Video Merpati Hinggap dan Makan Hidangan di Nampan, Ini Penjelasan Penjaga Warung

Baca juga: Harga Tiket Masuk Ranggon Hills Bogor, Lengkap dengan Jam Buka dan Rute Menuju Lokasi

Baca juga: 7 Aturan yang Wajib Dipatuhi Pramugari, Postur yang Baik hingga Kebiasaan Buruk

TribunTravel.com/rizkytyas

Temukan solusi untuk kebutuhan transportasi, pengiriman barang, layanan pesan antar makanan, dan yang lainnya di sini.

SHARE : share facebook share twitter share linkedin