
Menelusuri Keindahan Desa Penglipuran, Desa Terbersih di Bali untuk Liburan Akhir Pekan
TRIBUNTRAVEL.COM - Ingin melihat bagaimana kehidupan MasyarakatBalilebih dekat?
Coba mampir ke DesaPenglipuranyang ada di Kabupaten Bangli,Bali.
Di desa ini warga masih memegang betul adat dan kepercayaan mereka.
Namun menariknya kendatiDesaPenglipuranmerupakan desa tradisional, suasana di sini begitu indah dan mempesona.
Yang paling mengagumkan bahwa di desa ini kondisinya begitu bersih. Tak ada satu pun sampah yang berserakan.
Tak ayalDesaPenglipuranini masuk dalam desa terbersih di dunia.
TribunJakarta.com yang menyambangiDesaPenglipuranpada Sabtu (7/11/2020) melihat bagaimana deretan rumah adat khasBalitertata begitu rapi dan seragam.
Situasi makin teduh saat rerumputan tertata di sepanjang jalan desa.
Adapun yang tinggal diDesaPenglipuranini adalah masih dalam satu ikatan keluarga sehingga tak ada sekat di setiap rumah.
Tersedia juga penginapan dengan konsep sama dengan rumah warga bagi wisatawan yang ingin bermalam.
Prawira, pemandu wisata yang menemani TribunJakarta.com dan rombongan jelajahDesaPenglipuranmenyebut ada sekitar 70 kepala keluarga yang tinggal di desa itu.
Jalan utama di desa itu dibuat bertingkat atau yang dalam masyarakatBalidisebut Tri Mandala.
Di bagian paling atas terdapat pura besar. di desa tersebut juga terdapat makam.
Sedangkan rumah warga diDesaPenglipuran dibangun menggunakan bambu, mulai dari atap hingga temboknya.
Hal itu karena bambu dianggap teduh, awet dan tahan dari guncangan gempa.
Desa Penglipuran ini memang dikelilingi oleh kebun bambu milik para warga.

Prawira menjelaskan, diDesaPenglipuranini tak ada kepengurusan RT maupun RW.
Kepengurusan RT dan RW digantikan dengan sebutan Banjar.
Di bagian depan tiap rumah terpampang jumlah keluarga yang tinggal, lengkap dengan keterangan jenis kelaminnya.
Yang lebih menarik di desa ini, ucap Prawira, bahwa tak diperkenankannya adanya warga yang poligami.
Bila melakukan hal tersebut maka warga yang bersangkutan akan mendapat sanksi sosial hingga tak diperkenankan tinggal diDesaPenglipuran.
TribunJakarta.com yang masuk ke beberapa rumah melihat konsep rumah diDesaPenglipuranseragam.
Di tiap rumah terdapat pura kecil untuk anggota keluarga beribadah.
Filosofinya agar tak ada warga yang menjual rumah mereka.
"Karena pura itu dianggap leluhur mereka. Jadi tidak mungkin orang menjual leluhurnya," kata Prawira.
Selain pura, di depan rumah warga juga terdapat sesaji kecil.
Sesaji kecil itu biasanya terdiri dari bungkusan daun pisang yang diisi beberapa butir nasi.Ada juga aneka kembang yang diletakan.
"Sebutannya nasi saipang karena kita kan makan nasi dan bentuk rada bersyukur kita," ucap Prawira.
Prawira menjelaskan, rumah-rumah di Desa Pelipuran umumnya sama dengan rumah diBaliyakni memiliki bangunan dapur yang terpisah dari bangunan lain.
"Orang Bali kalau ada bayi baru lahir, ari-arinya dikubur di depan dapur. Sebelah kanan untuk ari-ari bayi laki-laki dan kiri untuk perempuan," jelasnya.
Bagaimana Situasi Saat Pandemi?
Sebagai desa wisata,DesaPenglipurantentu terdampak saat pandemi Covid-19.
Mayoritas warga disini menjual hasil kerajingan tangan untuk dijajarkan kepada para wisatawan.
Dagangan mereka biasanya dijajakan di depan rumah mulai dari penutup kepala khasBali, kalung, gelang, anyaman bambu, kaus hingga lukisan.
Namun karena pandemi yang berkepanjangan membuat warga kini hanya bergantung dari hasil pertanian.
"Kalau saya selama pandemi paling bikin anyaman bambu saja nanti ada pengepul yang membeli," ucap Nyoman (60) salah seorang wargaDesaPenglipuran.
Saat awal pandemi, wisataDesaPenglipuranini memang ditutup.Wisatadi desa terbersih ini baru dibuka kembali sejak Oktober 2020.
Meski belum banyak wisatawan yang datang, protokol kesehatan ketat diterapkan di desa ini.
Di depan pintu masukDesaPenglipurandisediakan beberapa tempat cuci tangan dan hand sanitizer.
Warga setempat juga memeriksa suhu tubuh kepada wisatawan yang hendak keDesaPenglipuran.
Selama pandemi ini, tak ada tarif resmi bagi wisatawan yang hendak masuk keDesaPenglipuran. Hanya kotak sumbangan seikhlasnya yang ditelakan di depan pintu masuk.
Segala protokol kesehatan itu sesuai dengan InDOnesia Care (I DO Care) yang digagas oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (Kemenparekraf).
Nyoman dan para warga diDesaPenglipuranberharap agar pandemi Covid-19 ini cepat berlalu sehingga berdampak pada meningkatnya wisatawan yang berkunjung dan muaranya adalah adanya pemasukan bagi warga setempat.
Di masa pandemi ini,DesaPenglipurandipilih dalam konser tanpa penonton yang digelar grup band Slank bekerjasama dengan Kemenparekraf.
Dalam konser bertajuk Rhapsody Indonesia yang digelar outdoor tanpa penonton dan menerapkan protokol kesehatan ini bertujuan untuk memotivasi berbagai pihak termasuk sektor wisata yang sangat terdampak pandemi bahwa kita akan bisa melewati tantangan ini.
Maka dari itu, jika nanti kondisi sudah membaik, tetap jadi pahlawan bagi negeri sendiri dengan berwisata di Indonesia Aja.
Baca juga: Desa di Italia Akan Beri Rp 738 Juta untuk Siapapun yang Bersedia Pindah ke Sana
Baca juga: Desa di Italia Tawarkan Rp 750 Juta Buat Turis yang Mau Tinggal di Sana
Baca juga: Desa Penglipuran di Bali Kini Dibuka dan Mulai Dikunjungi Wisatawan Domestik
Baca juga: Desa Wisata Nglanggeran Sudah Dibuka, Pengunjung Wajib Lakukan Reservasi Online
Baca juga: Desa Penglipuran Bakal Dibuka Kembali untuk Wisatawan Mulai 17 Oktober
Artikel ini telah tayang diTribunjakarta.comdengan judul Jelajah Desa Penglipuran: Desa Terbersih di Bali, Keindahannya yang Mempesona
