Fakta GMIM Galilea Watumea, Gereja Tertua di Minahasa yang Berusia 153 Tahun
TRIBUNTRAVEL.COM - Jika kamu berada di kawasan Minahasa, akan menemukan satu bangunan legendaris.
Bangunan di Minahasa ini sudah memasuki 153 tahun sejak didirikan.
Namanya GMIM Galilea Watumea.. Berlokasi diKecamatan Eris, KabupatenMinahasa.
Saat berkunjung ke lokasi gereja yang masuk wilayah Tandengan, terletak diDesaWatumeaitu memang bentuk bangunan dari depan hingga ke belakang masih berdiri kokoh.
Bahkan yang membuat lebih tertarik ketika masuk dalam ruang dan melihat langsung kondisi perabot yang ada di dalamnya.
Kondisinya masih bagus, beberapa kursi peninggalan dulu pun masih digunakan hingga saat ini.
GMIM Galilea Watumea merupakan gereja tertua diMinahasayang mulai dibangun pada tahun 1868, selesai pada tahun 1872, dan ditahbiskan oleh Pdt Rooker pada 8 Desember 1872.
Pentahbisan gereja tua itu dihadiri oleh beberapa penginjil Zending di Minahasa, seperti N. Ph. Wilken, J. G. Schwarz, N. Graafand, J. N. Wiersma, dan F. H. Linneman.
Jika dilihat dari depan gereja tua anda akan menemui papan bertuliskan cagar budayaGMIMGalileaWatumea.
Bangunan gereja ini hampir seluruhnya terbuat dari kayu, dan sebelum diganti dengan seng, atap gereja saat diresmikan masih terbuat dari daun rumbia, sesuatu yang sangat lazim ketika itu.
Bangunan utama gereja tua tersebut sangat enak dipandang mata, berukuran 22 x 11 meter, berdiri di atas tanah seluas 528 m2.
Cukup besar untuk ukuran sebuah desa kecil pada waktu pertama kali berdiri, namun mungkin semakin lama akan semakin terasa sempit dengan berkembangnya permukiman.
Sebuah catatan di sana menuliskan bahwa gereja tua tersebut pernah dipugar pada tahun 1982-1983, dan peresmiannya dilakukan oleh Prof. Dr. Haryati Subadio.
Saat itu menjabat sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Dengan ciri khasnya, ornamen ayam jago tampak terpasang di pucuk atap gereja yang juga banyak dijumpai di gereja-gereja tua lainnya.
Ornamen itu berfungsi sebagai penunjuk arah dan sekaligus sebagai pengingat atau arti bagi umat untuk tidak mengikuti jejak Petrus yang menyangkal Yesus.
Hal menarik lainnya, ornamen kaca di atas pintu berwarna-warni ini dipasang pada tahun 1924 dan keasliannya masih tetap terjaga sampai sekarang.
Sebelah kiri ruangan tepat pintu masuk terdapat tangga kayu untuk naik ke atap gereja dimana terdapat lonceng gereja tua yang dipasang sekitaran tahun 1912.
Kursi-kursi rotan yang menempel pada dinding gereja itu adalah sebagian dari 140 kursi rotan yang dibuat pada 1895 dan masih digunakan sampai sekarang dan merupakan buatan Austria.
Pada bagian depan/panggung terdapat mimbar berbentuk cawan bersudut dan berhiaskan bunga-bunga ukiran dari pahat.
Mimbar kayu ini bukan baru kemarin, ternyata telah berusia lebih dari 100 tahun, karena dibuat pada tahun 1872 yaitu saat bangunan gereja ini ditahbiskan.
Selain itu, bagian dalam atap seluruhnya terbuat dari susunan papan kayu, dengan titik lampu gantung di tengahnya yang dipasang pada tahun 1924.
Ada ornamen tempat lampu yang dipasang di tiang-tiang penyangga gereja yang juga terpasang tahun 1924, bersamaan dengan pemasangan lampu-lampu gantung dan kaca-kaca patri.
Perlu diketahui,GMIMGalileaWatumeaMinahasaditetapkan sebagai gereja tertua diMinahasaoleh Dinas Kebudayaan pada Februari 1983, dan pada 4 Maret 2003 ditetapkan sebagai cagar budaya yang dilindungi undang-undang.
Saat TribunManadobertemu dengan Kostor atau disebut penjaga gereja, Refly Pandoh menerangkan bahwa semua perabot yang ada di dalamnya masih asli dan belum ada yang diganti.
Misalkan kursi rotan masih tetap terpakai sampai saat ini, meski sudah ada yang disimpan di gudang karena rusak.
"Ornamen yang ada masih digunakan, kecuali yang rusak dan tak bisa digunakan lagi sudah kami simpan di gudang," sebutnya.
Sementara Ketua BPMJGMIMGalileaWatumeaPdt Inneke Tulangi STh mengungkapkan, lonceng yang ada di atap pun masih tetap digunakan untuk memberi tanda masuk gereja,
sesekali digunakan untuk kegiatan-kegiatan gerejawi antar denominasi, untuk kedukaan, maupun kegiatan kemasyarakatan.
"Lonceng digunakan untuk semua masyarakat, baik kedukaan, kegiatan kemasyarakatan dan semua golongan menggunakan ini.
Termasuk pemberitahuan kegiatan dari gereja-gereja yang ada diDesaWatumea," sebutnya.
Dirinya menambahkan, gereja tertua ini masih aktif digunakan jemaat untuk beribadah, setiap kegiatan jemaat tetap dilaksanakan di gereja.
"Meskipun kendala pandemi covid-19 saat ini, tapi tetap digunakan. Yang pasti sampai sekarang kami masih menggunakan gedung gereja ini sebagaimana mestinya," sampainya.
Kata Tulangi, jika memang ada yang perlu diganti akan kami sampaikan ke pemerintah terkait khususnya yang bertanggungjawab pada cagar budaya ini.
Ia menjelaskan, terkait dengan penamaan gereja, mungkin karena dekatnya gereja tua itu dengan Danau Tondano, sehingga diberi nama Galilea.
"Mungkin tua-tua kampung waktu itu menamakan Galilea karena dekat dengan danau, jadi namanya seperti itu," ucapnya bercanda.
Ia pun berharap, agar jemaatGMIMGalileaWatumeamendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah yakni PemkabMinahasa.
Karena menurut dia, gedung gereja tua ini berbeda dengan yang lain, dikarenakan merupakan situs budaya dan peninggalan sejarah di tanahMinahasa.
"Setidaknya ada bantuan yang bisa dirasakan masyarakat Watumea dari PemkabMinahasa," tandasnya.
Baca juga: Mengenal Gereja Paroki Santo Simon Stock Gereja Legendaris di Kota Batu, Malang
Baca juga: Fakta Ani City, Kota Hantu di Turki yang Dijuluki Kota Seribu Satu Gereja
Baca juga: Lebih dari 1.000 Kerangka Manusia Ditemukan Selama Renovasi Gereja Bone, Intip Fakta di Baliknya
Baca juga: Tanda Penyihir Ditemukan Terukir di Sebuah Gereja Berusia 700 Tahun di Inggris, Apa Fungsinya?
Baca juga: Ada Museum Luar Angkasa di Dalam Gereja Tua Berusia 130 Tahun, Simak Sejarah di Baliknya
Artikel ini telah tayang ditribunmanado.co.iddengan judul Berusia 153 Tahun, Begini Kondisi Terkini Gereja Tertua di Minahasa